Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Andai Aku Menolak Kerinduan Ayah

4 Oktober 2021   08:40 Diperbarui: 4 Oktober 2021   08:42 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai melayani | Sumber : Doc Pribadi

ayahku seorang guru sekolah rakyat
dan sesepuh gereja kristen pasundan
di kelurahan pulogebang jakarta timur
memiliki kerinduan
yang khas dan spesifik
ia rindu aku menjadi pendeta
kerinduan itu diungkapkan sejak
aku masih di sekolah rakyat

saat-saat awal itu
aku belum memberi respons
apapun terhadap
keinginan ayah
masa-masa kecil di sekolah rakyat
pemikiran kedepan tentang cita-cita
belum menjadi fokus utama

di sekolah rakyat guruku memperkenalkan aku dengan sastra dan penyair mancanegara
ku suka tulisan iqbal,rumi,
dan beberapa penyair lainnya

tatkala aku lulus smp ayahku bicara
agar aku melanjutkn ke sekolah teologi di malang
saat itu kumenolak halus
dan aku lebih memilih melanjutkan ke sma

tatkala aku tamat sma tahun 1967
dan ayah merajuk lagi agar aku melanjutkn ke sekolah tinggi teologi jakarta
sungguh aku takbisa lagi menolak
aku segera menyiapkan berkas dan segera
mendaftar ke stt jakarta
sayang pendaftaran stt sudah ditutup
pak tresna purnama mahasiswa stt dari gkp memberitahu aku di kampus stt saat itu
maka akhirnya
aku masuk menjadi mahasiswa stt jakarta tahun 1968
ayahku nampak
amat bahagia
jemaat, sinode dan semua saudara ayah amat mendukung studiku di stt
mereka bilang
aku memang sudah terpanggil
maka studi itu harus ditempuh dengan baik

tanpa ada hambatan berarti
studiku bisa selesai tahun 1973
ayah dan ibuku merasa bangga
anak seorang guru sekolah rakyat
bisa menjadi sarjana
dan bahkan bisa memenuhi kerinduannya
aku menjadi pendeta
ayahku yang lahir
2 juni 1895 dan meninggal bulan november 1975
selama setahun
beliau menyaksikan
pelayananku sebagai pendeta
ku bahagia
memenuhi kerinduan orangtuaku

andaikan aku tidak taat pada keinginan ayahku
tahun1973
sejarah akan berkisah yang lain
aku tidak menjadi
pendeta
aku tidak menjadi editor
aku tidak menjadi penulis
aku tidak menjadi aku
aku tidak menjadi apa-apa
Tuhanku
terimakasih Engkau telah mengangkat aku
menjadi hambaMu
melalui kasih sayang ayahku
bapak samuel sairin
Tuhan, tuntun langkahku
selamanya
selamanya

Jakarta, 3 Oktober 2021/pk.
19 55
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun