MENGHIDUPI KEHIDUPAN YANG BENAR-BENAR HIDUP
dalam sebuah obrolan bebas
di cafe love story
di bilangan pasar gembrong
anak muda milenial dengan santai bilang
hidup itu cuma sebuah kebetulan
maka kita santuy saja lah yau
kawannya lalu merespons :
sahabat
hidup itu cuma sandiwara
kita mesti pandai
berakting
jika tidak maka kita akan terbanting
atau terpelanting
banyak orang yang
menyederhanakan
hidup
entah mengutip ucapan seorang filsuf
atau ucapan itu lahir dari kegalauan
yang menghimpit dirinya
atau akibat stress yang takmampu dimanaje dengan baik
semua agama dan kepercayaan dalam narasi yang hampir persis
dan diksi yang takjauh berbeda
memaknai hidup
itu sebagai karunia ilahi
hidup bukan faktor kebetulan
hidup bukan produk interaksi
dua sosok berbeda jenis
hidup itu secara sengaja dan terencana di desain oleh yang ilahi agar manusia itu hadir ditengah sejarah
melakukan yang baik bagi kemaslahatan khalayak
atau menurut tausyiah sohibku
kyai jebolan
pesantren
hidup itu mesti berfokus
pada "amar ma'ruf
 nahi munkar"
hidup itu menegakkan yangbenar dan melarang yang salah
hidup itu bukan main-main
seperti seorang yang keranjingan bermain game on line di gadget mereka
santai, lupa diri
dan phoebing
hidup adalah privilege
keistimewaan dari yang ilahi
hidup oleh karena itu mesti produktif dan kontributif
termasuk bagi kaum lansia yang masih sehat dan segar
hidup bukan hanya duduk-duduk manis di beranda rumah sambil menyeruput kopi instant
di era pandemi
walau kita takbisa keluar rumah
kita bisa aktif didalam rumah
bisnis on line, menulis artikel, membaca kitab suci dan buku lain
mempersiapkan kuliner
dan sebagainya
hidup tidak monoton
kita bisa berinteraksi dengan banyak orang melalui zoom, ikut webinar
hidup yang benar-benar hidup
adalah hidup yang berbuah bagi orang lain
hidup yang tidak terpenjara ghetto, sara, stigma minoritas-mayoritas,pendatang dan bukan pendatang,
pihak sana dan pihak sini
hidup yang hidup sejati adalah bukan sekadar hidup yang memeluk agama tetapi hidup yang mengamalkan ajaran agama
bukan hidup yang mendengar atau membaca firman Tuhan
tetapi hidup yang menjadi pelaku firman Tuhan
mari menghidupi hidup sejati, hidup yang benar-benar hidup
bukan hidup.yang dihela imajinasi dan halusinasi!
Jakarta, 29 September 2021/pk..3.30
Weinata Sairin