Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidup Bertahan Hanya Karena Tuhan

20 September 2021   20:00 Diperbarui: 20 September 2021   20:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perkasa | Sumber: hop.church

HIDUP BERTAHAN
HANYA KARENA TUHAN

hidup dizaman seperti ini siapa tahan
semuanya serba sulit
bernafas sulit
makan.sulit
uang sulit
kerjaan.sulit
tidur juga sulit
walau sudah menenggak alprazolam
dan sejenisnya

hidup bersama virus beraroma maut seperti ini
mana tahan
uang pensiun setahun lebih macet
karena petinggi banknya rakus
uang ratusan mungkin ribuan kaum pensiunan
dilibasnya juga
jika pandemi berubah jadi endemi
belum tentu juga
hidup kembali normal

hidup di era begini
siapa bisa bertahan
seseorang bisa mati perlahan
memikirkannya
atau kecebur di got jika takkapok
melecehkan konstituen
di usia lansia
yang mengusung banyak komorbid
hidup seperti ini
amat menyakitkan
jauh dari kebahagiaan
yang jadi tema novel-novel

tahun 70 an

hidup di era begini
banyak juga yang aneh dan irasional
ada pasutri yang dagang jabatan
ada petinggi menjadi koruptor
lalu kena ott
dan ia senyum dikulum
didepan kamera televisi
ada orangtua mencungkil mata anaknya
agar menjadi kaya
ada pemimpin sekolah agama
melakukan pelecehan seksual
kepada murid-muridnya
berulang kali dan dalam waktu yang lama
ada napi menyiksa napi dari balik jeruji besi
semua ini fakta
bukan hoax, halusinasi
atau cerita sinetron

ku hidup dizaman begini sulit
dan bisa tetap bertahan
hanya karena anugerah Tuhan
Ia menjamah asmaku
Ia meraba pneumoniku
Ia menjaga darahtinggiku
Ia merawat hidupku
melalui orang-orang terdekatku
Tuhan itu absurd
Ia ada dalam dogma, agama, sistem kepercayaan
yang dikenal manusia
tapi bagiku
dalam mata imanku
Tuhan itu hadir
ada, mengada
mengejawantah
dalam keseharianku
Ia memapah langkahku
Ia membantu kubernafas
Ia menuntunku
berjalan tertatih-tatih
tanpa letih
meniti lembah kekelaman
menuju ke keabadian
Tuhanku,
Yesus Penebus
ku mau hidup terus bersamamu
tanpaMu
aku hanya debu
yang bisu dan kelu.

Jakarta,20 September 2021/
pk 3.06
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun