SIKSAAN-SIKSAAN YANG MENGUATKAN IMAN
hidup menjalankan kewajiban agama
bukan hal yang mudah dan sederhana
beragama sama sekali tidak analog
dengan berpakaian
menggunakan mode dan brand tertentu
yang begitu mudah digonta-ganti
sesuai dengan selera dan tuntutan pasar
hidup menjadi penganut agama
lebih dari sekadar status formal
yang memuat status itu dalam ktp atau dalam dokumen-doku
men kependudukan
yang mungkin dibutuhkan oleh badan yang mengurus soal
statistik
beragama apapun di negeri manapun
adalah sebuah pilihan eksistensial
yang tidak bisa dikenai intervensi
siapapun, dari manapun
atas nama apapun
untuk tujuan apapun
sebagai pilihan eksistensial
maka hidup beragama seseorang itu
sangat tergantung
dan dipengaruhi
oleh sikapnya yang mandiri
bobot dan kualitas
spiritualitas yang dimilikinya
dan tidak pada unsur-unsur diluar dirinya yang berfungsi sebagai supporting dan komplementer
sejak awal seorang penganut agama itu
telah memahami
bahwa hidup memeluk agama
itu mengandung begitu banyak resiko
bahkan resiko
kematian
dalam sebuah komunitas pada tingkat intelektualitas dan inklusivitas yang masih terbatas
ujaran kebencian, penistaan, hujatan
persekusi,penodaan, pengusiran berbasis agama
masih terjadi
realitas ini memang sangat memprihatinkan
harus ada upaya
bersama yang kontinyu, terarah
dan terfokus
agar kasus-kasus
yang bernuansa agama makin direduksi di negeri ini
siksaan,persekusi
penodaan agama
masih saja terjadi
di ruang berjeruji besi
dimedsos
di ruang publik
ketentuan hukum yang lebih spesifik yang mengatur sanksi penistaan agama harus makin lengkap
sikap main hakim sendiri oleh siapapun, dimanapun,,berdasarkan alasan apapun
harus dihindari
negara ini adalah negara hukum
bukan negara kekuasaan
siksaan-siksaan dalam hidup beragama
memperkuat iman
dan merawat ketangguhan iman.
Jakarta,20 September 2021/pk 17.59
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H