Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Depan TPU Ku Terpaku Lugu

2 September 2021   05:31 Diperbarui: 2 September 2021   05:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DIDEPAN TPU
KU TERPAKU LUGU

senja temaram
hampir saja tenggelam padam ditelan malam
orang-orang masih cukup banyak di tpu
ada perempuan paruh baya berhijab hitamkelam
mengusung duka
di wajahnya
airmata masih tersisa membasahi
bulu matanya
ada anak kecil delapan tahunan
yang memegang erat
tangan perempuan itu
wajahnya memelas mengenaskan
kata petugas tpu
hari itu ada 20 an
jenazah dengan protokol covid ketat
dimakamkan di situ

tpu islam dan tpu kristen
berdampingan di tpu itu
ini hanya soal sistem pengaturan
lahan pemakaman
mungkin
bukan soal teologis
karena dua agama itu punya penganut yang besar di negeri ini
agaknya dalam pengaturan pemakaman
mindset minoritas mayoritas
tidak digunakan

tata ruang lahan
pemakaman di tpu
ini memberi tempat bagi enam agama yang selama ini difasilitasi oleh pemerintah
islam,kristen,katolik,hindu,buddha dan khonghucu
sejalan dengan nomenklatur yang diatur pemerintah
penganut agama bahai yang sekitar
5000an jiwa penganutnya di negeri ini
dan agama-agama serta
kepercayaan lain
belum tersedia
di tpu ini

di tpu ini
di bilangan jakarta timur
ku terpaku lugu
nyaris kelu
di ruang-ruang memoriku yang makin lemot
di serang virus uzur
bermacam pertanyaan retorik
hadir menggelitik :
manusia lahir dengan telanjang
dan pulang kealam baka juga
telanjang
rumah mewah, mobil mewah,apartemen, lahan berhektar-hektar
hasil korupsi
dan membuat rakyat melarat
semuanya takbisa
dibawa ke liang
lahat
apa gunanya nafsu korupsi itu dirawat seumur hidup?
apa gunanya?

arogansi keilmuan,  
superioritas berbasis gender, jabatan puncak, nafsu kdrt, exploitation de l'lhomme par 'lhome dengan platform sara
gratifikasi, terorisme, ujaran kebencian, penistaan agama,
superioritas religius, persekusi, diskriminasi, intoleransi
semua tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama
dan yang melawan hukum
apa gunanya dilakukan berulang-ulang
di dunia fana
tatkala kita masih gagah dan mampu bernapas
padahal ujung perjalanan kita
adalah tepeu??

Tuhan,
Engkaulah pembentuk dan penguasa hidup manusia
Engkaulah kuasa kekal yang tidak terkenai dimensi ruang dan waktu
Engkau berfirman :  ada,maka jadilah ada
Engkau membuat segala sesuatu itu ada dan mengada
dalam cahaya dan kehangatan cintaMu
peringatkan kami umat manusia
agar kami berhenti berbuat dosa
tumbuhkan sikap dan perbuatan tobat dalam diri kami
sebelum Engkau
datang menjemput kami

di depan tpu
ku terpaku lugu
dari nurani terdalam
ku melafaz doa
Tuhan,
rangkul aku dalam ampunanMu
dalam hangat kasihMu.

Jakarta, 2 September 2021/4.10
Weinata Sairin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun