dua tahun ini
airmata duka tiap hari tercurah
membasahi lorong-lorong sejarah
ada rasa pedih perih menyayat kuat
tubuh rapuh luluh
berpuluh ribu nyawa bangsa kami menggelepar
terkapar kehilangan
nafas
kami hidup dalam
lembah kelam
kami mengaduh merintih dari jurang yang dalam
negeri kami merangkak
terhuyung- huyung
meniti jalan pengap harap
digerus pandemi
jikalau bukan Engkau yang memapah langkah kami
kami sudah tersungkur dan tersingkir
jikalau bukan Engkau yang menuntun kami
kami sudah terhempas dan terkandas
hari-hari ini kami lantunkan mazmur syukur
menyanyikan kasihsetiaMu
yang menghidupi kami
yang menggendong tubuh rapuh kami
hingga kami tetap
mengada dan berada
ditengah hantaman turbulensi yang mendera kehidupan
narasi litani syukur
kami persembahkan
bagiMu
yang bersemayam dalam kekudusanMu
madah syukur dari lubuk hati paling dalam
kami tembangkan ke hadiratMu
dalam ruang-ruang kudusMu
kasihMu, karya agungMu
menjadikan kami
tetap mengada dan berada
kami memujiMu
ya Allah
kami memuliakanMu
ya Kristus Penebus
 Engkau antarkan kami
memasuki usia 76 tahun kemerdekaan negara kami
ditengah realitas
sejarah yang taklagi cerah
kami memuji namaMu
kami memuliakan
namaMu
kami membesarkan
karya agungMu
terimalah mazmur syukur kami,ya Tuhan
terimalah tembang syukur kami,ys Allah
dalam hidup dan mati kami
kami akan terus
melafazkan litani syukur bagi Mu
tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Jakarta,8 Agustus 2021/pk.3.26
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H