MENITI HARI HARI SEPI
ku berjalan meniti
hari-hari berbalut sepi dan sunyi
tubuh makin rapuh
dan lumpuh
di terjang badai
garang menerjang
kuberjalan meniti hari-hari sepi dan.sunyi
ada luka duka tetes air mata
membasahi jalan
bertabur kerikil
dan duri kaktus
menusuk pedih
di pagi khusuk
tatkala mentari masih lelap dalam
mimpinya
dari kejauhan kudengar
lantunan lagu-lagu gereja
ditembangkan dari gedung tua berlambang salib
terasa ada kekuatan dahsyat
mengguncang tubuhrapuh
kugapai gedung itu tertatih-tatih
ku merintih letih
sekelompok pemuda milenial
kulihat asyik melantun pujian
tanpa partitur
ditangan mereka
ada gadget
di dinding gedung
ada layar monitor
sekitar duapuluh orang pemuda milenial
melantunkan lagu pujian kepada Tuhan di gedung
gereja tua
dalam bahasa sunda
wow, indah sekali
ada spiritualitas baru
menggejolak dalam diriku
di minggu pagi seperti ini
ku tidak lagi diamuk sepi sunyi
di gedung gereja tua
bersama pemuda milenial
kupuji nama Tuhan
kulafaz namaNya
dalam doa:
"Tuhan, bangkitkan dan pulihkan negeri ini
dari genggaman pembinasaan pandemi
kasihani bangsa kami
ampuni bangsa kami!"
Jakarta, 18 Juli 2021/pk4.30
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H