RINTIH PERIH DI UJUNG PAGI
di ujung pagi di suatu hari Minggu
tatkala sepi masih merangkak
pelan nyaris tanpa suara
ku duduk sendiri
di ruang tengah
desir angin terdengar lewat pepohonan yang tegak berdiri
di depan rumah
geraknya terasa juga menjamah tubuh
angin pagi yang lembut
seolah menyapa
dan membangunkan dari mimpi-mimpi
yang tersisa
hati yang risau galau pedih perih
merintih dalam lamentasi lirih
membelah pagi sepi
Tuhanku,
masihkah Kau memantau
dengan remote control,cctv atau instrumen apapun
apa yang sedang menggeliat di bumi kami :
mereka yang menggelepar di koridor rumah-rumah sakit,
mereka yang histeris,meraung,menjerit karena sosok yang ia kasihi direnggut covid 19 begitu cepat
mereka yang takmampu lagi
berkata dan kehabisan air mata dicekik derita tiada henti
mereka yang depresi, paranoid
ansietas taksanggup lagi memikul beban kehidupan
Tuhanku, kasihani
dan jamahlah mereka
dengan kasihMu
Tuhanku,
kuatkan iman kami
bubuhi tubuh kami dengan roh kekuatan,kesabaran dan keberanian
agar kami mampu melewati masa-masa kritis ini
tatkala rintihperih
semuanya habis terurai dalam narasi narasi lamentasi
mentari pun
memancarkan sinarnya
lalu bahana haleluya
menggema menyemarakkan
Minggu penuh makna.
Jakarta,20 Juni 2021/3.43
Weinata Sairin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI