Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ritus-Ritus Demitrius

29 Mei 2021   12:24 Diperbarui: 29 Mei 2021   12:28 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RITUS RITUS DEMETRIUS

ritus-ritus demetrius bagi dewi artemis
mendekati titik kepunahan
dewi artemis takbisa lagi mengalami pemujaan
lewat ritus-ritus
dan seremoni
berbau sakral
manusia semakin eling dan paham
berhala itu buta
 hanya hidup
dalam imajinasi dan halusinasi
manusia naif
dicekam amnesia

ritus-ritus demetrius bagi dewi artemis
adalah transaksi ekonomi
yang digerakkan mekanisme pasar
dan dikemas dalam diksi agama
atribut, kemasan,
roh agama
agar manusia
dicerahkan
dan punya masadepan

demetrius bukan
pejabat agama
yang paham
abcd nya agama
ia juga bukan petinggi majelis agama
yang mengerti
politik agama
ia seorang ekonom otodidak
yang tahu skema dan fluktuasi
aspek finansial

ia pengusaha kuil-kuilan dewi artemis dari perak
yang sejak lama memproduksi
benda-benda itu
sebagai instrumen
pemujaan sang artemis

dalam galau dan lilitan paranoid
ia kumpulkan para
perajin kuil-kuilan perak
ia tegaskan bahwa  produksi kuil-kuilan perak membawa kemakmuran
bagi demetrius dan mitra kerjanya
kehadiran agama baru akan menghancurkan perusahaan
sekaligus memunahkan kebesaran artemis
yang disembah oleh dunia yang beradab

produk-produk ekonomi manusia
takboleh menghidupkan
pikiran demonis-ateistik
non ilahi dalam mindset manusia fana

kasus demetrius
mengajar umat
untuk lebih memberi ruang bagi pertumbuhan nilai-nilai agama
ketimbang
produk ekknomi yang muaranya
menghancurkan nilai-nilai agama
ritus-ritus demetrius bagi dewi artemis
bagian dari sejarah kelam
abad yang lewat
ia adalah sebuah memori
dan berhenti sebagai memori!

Jakarta, 29 Mei 2021/-pk 3.25
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun