COVID MEMBUNUH MASA DEPANKU
duka yang menggumpal kental didadaku
membuat nafasku
sengal-sengal
kuingat memori pedih itu nyaris merusak hidupku
 pukul tiga pagi
kupapah suamiku
yang sesaknafas dicekik Covid
kerumah sakit terdekat
mobil angkot mengantar suamiku hingga kedepan
rumah sakit
ada rasa haru tiba-tiba menggejolak di kedalaman nurani
dua malam ia berjuang melawan
Covid ia menyerah kalah
hatiku hancurluluh
habis airmataku
menangisi kehidupan
dalam galau dan hampa kuikut mngantar jenazah suamiku ke makam
dengan protokol kesehatan yang amat ketat
tubuhku dan dua anakku masih terus berjuang melawan Covid yang makin terasa
membunuh masa tuaku pelanpelan
sesekali hadir juga
pertanyaan retorik
ditengah tarikan nafas megapmegap :
Tuhan, hadirkah
 Kau dalam derita
yang membelenggu kami?
Tuhan, adakah Kau dalam realitas
kefanaan kami
ataukah Engkau hanya sosok absurd dari mimpimimpi buruk
manusia fana?
hari ini
hatiku makin hancur berkepingkeping
tatkala anak lelakiku
terbujur kaku takbernafas lagi
ventilator dan alat kesehatan yang ada takmampu melawan Covid
yang makin merajajela membunuhi banyak orang
maut kini mengincar dengan mata tajam dimanamana
menghabisi nyawa
manusia fana
Covid merampas nyawa orangorang
yang kukasihi
Covid membunuh masadepanku
Tuhan,
inilah kairosMu
selamatkan hidup kami
jamah dan pulihkan
negeri kami!
Jakarta,15 April 2021/2.50
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H