di medsos itu kematian menjadi
teramat indah
bahkan lebih indah dari warna aslinya
entah dia mati karena usia tua,
tabrakan tunggal di tol cipali,
malpraktek di sebuah rumahsakit tak berizin,
kena sabetan golok oleh perampok,
bahkan yang
terpapar covid 19
di medsos itu
kematian seakan dirayakan dan dimuliakan
siapapun dan apapun jabatannya
mantan petinggi negeri,mantan aktivis,mantan tim sukses, mantan anggota parlemen atau senator,
tokoh masyarakat, pendeta, kyai, ustadz,
ya siapapun
kematian seolah semu dan maya
beragam ucapan
lahir di medsos
merespons kematian :
pak herdy telah dimuliakan Allah,
sampai bertemu di yerusalem baru,
rest in peace,
requiescat in pace,
semoga husnul khatimah- akhir yang baik,
kembali kerumah bapa
bunga papan kadang penuh sesak
di rumah duka, di grand heaven, di rumduk rumah sakit,di krematorium,di san diego hill, di tpu menteng pulo, di tmp kalibata
dimana-mana
tiap hari medsos
penuh dengan kematian
dan semua umat
terlihat tampil pasrahberserah
kepada kuasa transenden
pemilik kehidupan
ungkapan teologis
 yang standar atau agak deviasi
acap kita baca di medsos
tatkakala kematian datang merenggut
upacara agama
memberlakukan protokol baku dan standar
bagi setiap jenazah
takmelihat dia tokoh, orang biasa, donatur kegiatan keagamaan, koruptor kelas kakap
agama melayaninya dengan baik
di medsos itu kematian begitu indah
di dunia nyata kematian juga
indah dan tidak lagi menakutkan
umat beriman makin sadar akan hakikat tubuhnya yang fana bagai rumput yang layu
kering dan gugur
nir makna
mati adalah sejenis ruang transit untuk menuju dunia baru yang kekal, abadi
penuh sukacita
kita semua di seluruh jagat raya
beragama atau tidak beragama
tengah melangkah kesana, ke keabadian
mari wariskan kebajikan,amal soleh, nilai luhur,
kasih sayang, keteladanan
demi hadirnya
dunia yang lebih baik
dengan umat berhabitus baru
kematian itu indah
pada waktunya
peluk,dekap dan nikmatilah.
Jakarta, 23 Februari 2021/3 35
Weinata Sairin