New York, 25 September 2023
Untuk Sri
Aku baru pulang dari makan siang. Kau sudah tidur? Tidurlah Sri, yang nyenyak. Tak hendak kubangunkan kau untuk sekedar mengatakan ini. Aku hanya ingin bercerita pada diriku sendiri, tentangmu.
Sri, aku makan siang di tempat yang sama seperti biasanya, tidak jauh dari rumahku. Tempat yang sama suamimu juga makan siang, dengan perempuan itu, lagi. Kali ini mereka sampai duluan, sepertinya buru-buru hendak pergi ke tempat lain. Hanya 10 menit kami di ruangan yang sama, tapi siapapun bisa melihat kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih. Mereka tidak bermesraan, tapi aku yakin mereka bukan sekedar teman. Bagaimana mengatakannya, ketika kau melihat bahasa tubuh sepasang kekasih, kau mengertikan maksudku?Â
Tidak, aku tidak bermaksud memanas-manasimu. Aku tidak bermaksud membuatmu sekedar cemburu lalu bertengkar, lalu berpisah...? Tidak. Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat. Mungkin suatu saat aku bisa membuktikannya padamu. Mungkin suatu saat aku akan melihat mereka bermesraan, mengirimkan fotonya padamu agar kau tahu bahwa aku tak pernah bermaksud berbohong.
Aku tahu laki-laki itu Sri, suamimu, walaupun tak kenal. Aku sudah tahu sebelum kau menikah dengannya. Dia dulu sering datang ke club tempat aku bermain musik di Jakarta. Berganti-ganti pasangan, berdansa mesra dengan mereka. Dan kau, bukan salah satu dari mereka. Kau bukan mereka. Kau tak pernah datang ke tempat seperti itu. Kau gadis baik-baik, teman kampusku. Keluarga kalian mengenalkan kalian, lalu kalian menikah. Aku yakin kau tak tahu dia seperti apa.
Ya, itu dulu. Tapi apakah orang berubah secepat itu? Apakah orang berubah hanya karena mereka telah menikah? Apakah kau benar-benar tahu dia dulu seperti apa?Â
Setelah menikah, dia dipindahkan ke New York. Kau tetap di kotamu, menunggu kepulangan suamimu atau ajakannya untuk ikut serta ke New York. Tapi sudah dua tahun, dia tak juga mengajakmu. Apakah karena kau yang tak mau? Apakah karena dia tidak akan lama disini? Atau karena dia tak mau kau ikut kesini? Agar dia bisa bebas seperti dulu sebelum menikah? Apakah sekarang keadaannya lebih baik karena dia hanya bersama dengan satu perempuan yang sama?
Sri, apakah kau bahagia dengan pernikahanmu?
Apakah seharusnya aku memberitahumu tentang dia ketika dulu kau mengenalkannya padaku? Â Harusnya aku bertanya apakah kau tahu tentang hidupnya sehingga kau memutuskan menyetujui pernikahan itu? Bagaimana kalau ternyata kau tahu?Â
Bagaimana kalau ternyata kau tidak tahu? Kau tidak akan menikah dengannya? Lalu menikah denganku?