Mohon tunggu...
its me
its me Mohon Tunggu... Lainnya - notearth

I am just a notearth.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat

7 September 2023   00:17 Diperbarui: 7 September 2023   00:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://koleksitempodoeloe.blogspot.com/

Pagi ini aku menemukan suratmu, di bawah tumpukan koran pagi yang jarang kubaca. Pagiku selalu penuh dengan usaha-usaha untuk melupakan mimpi yang terdengar seperti lelucon di dunia yang katanya beradab ini. Mungkin suratmu dulunya ada di tumpukan paling atas, kemudian tertimbun bersama apa-apa yang tak ingin kubaca.

Suratmu telah lusuh. Tintanya nyaris tak lagi terbaca, kalau saja aku tak hafal tulisanmu di luar kepala. Ya, dulu kau menulis untukku setiap hari. Kadang hanya di selembar tisu restoran sewaktu kita menunggu pesanan datang. Kau bilang ada hal-hal yang menjadi lebih bermakna ketika dituliskan. terkadang suara membunuh hikmat, begitu katamu.

Maka kubaca setiap kata yang kau tuliskan untukku. Di selembar tisu, kertas bekas bungkus gorengan, sobekan buku tulis sekolah di bagian tengah, kertas surat resmi milik ayahmu, kertas surat wangi yang wanginya aku yang pilih yang kita beli di toko buku baru di ujung jalan sekolahku. Membaca tulisanmu, aku seperti melihat ke kedalaman jiwamu. Aku melihat apa yang dunia tak bisa lihat, atau enggan melihat, katamu. Resah yang dititipkan dunia padaku tak lagi berarti ketika membaca tulisanmu. Bersama tulisanmu aku hidup. Hingga suatu hari tulisanmu tak pernah lagi sampai padaku.

Surat itu, yang kutemukan di bawah tumpukan koran pagi, kau tulis setelah sekian lama aku tak lagi mendengar apa-apa tentangmu, tidak juga tulisanmu. Di surat itu, kau bercerita tentang masa lalu, dan kau tanyakan kabarku.

Lalu, bagaimana menurutmu kabarku?

*Kulipat suratmu, sambil menepis kapan terakhir kali aku tidak bertanya tentang kabarmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun