Prapaskah identik dengan doa, puasa, dan amal. Paus Fransiskus merekomendasikan puasa bukan pada makanan, tetapi lebih kepada pribadi, yaitu keberanian untuk me-manage diri menjadi lebih berkualitas. Pribadi yang berkualitas itu menjadi tanda yang membawa sukacita bagi orang lain. Paus menyarankan supaya kita puasa mengeluarkan kata-kata kasar, puasa marah, puasa kecewa, puasa egois, puasa stress dan mengeluh. Kalau hal itu kita lakukan dengan serius, kehadiran kita sudah menjadi tanda kasih Allah kepada sesama. Prapaskah sebetulnya adalah momentum istimewah bagi kita untuk belajar menjadi tanda cinta Allah yang kelihatan.
      Yesus memberi cap "jahat"kepada angkatan yang meminta tanda dari-Nya. Lebih lanjut Dia menegaskan bahwa kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Kata "Yunus" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: Yonah, yang secara harafiah berarti Merpati. Merpati menjadi tanda kesetian dan ketaatan. Meskipun dalam kisah tentang nabi Yunus, ia sama sekali tidak menunjukan kesetiaan, ia bahkan ingin lari dari hadapan Allah. Kepada angakatan yang jahat itu, tanda nabi Yunus sebetulnya sudah cukup. Namun mereka membutuhkan tanda yang lebih dari itu. Mereka meminta supaya Yesus membuat satu tanda yang membuat mereka percaya kepada-Nya. Tetapi Yesus mengatakan: Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikianlah Anak Manusia menjadi tanda bagi angkatan ini.  Â
      Yesus adalah tanda cinta Allah kepada manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, ia mengorbankan Putera-Nya yang tunggal agar semua orang yang percaya kepadanya memperoleh keselamatan. Bagi kita, para pengikut Kristus, kehadiran kita di tengah dunia mesti menjadi tanda cinta Allah yang hidup. Bagaimana caranya? P. Daniel Lobo Oba, OCD, dalam bukunya berjudul "Saat mantan jadi kata-kata dalam mazmur" menulis demikian: berbuat baik sama orang yang baik kepada kamu itu biasa, mencintai orang yang mencintai kamu itu biasa, menolong orang yang pernah menolong kamu itu juga biasa. Dalam tataran kasih kristiani memberi bukan sebuah tindakan dalam modus untuk menerima, bila hanya memberi untuk menerima, maka kita akan berhenti memberi ketika tidak mendapatkan. Kita hanya bisa menjadi tanda cinta Allah kalau kita berani memberi. Pemberian yang paling nyata ialah diri kita sendiri. Mari kita sepanjang masa prapaskah ini, memberi diri bagi sesama kita yang mengalami kesulitan, teman yang sakit, atau terlalu banyak beban. Dengan demikian prapaskah menjadi momentum istimewah untuk belajar menjadi tanda Cinta Allah yang paling konkret.
      Barang siapa ingin dicintai, ia harus mencintai. Hanya orang yang tahu bahwa dia adalah tanda cinta Allah dapat mencintai. Yesus adalah tanda cinta Allah untuk kita manusia. Kamu dan saya sudah menerima-Nya, bahkan sudah merasakan-Nya, betapa nikmatnya tanda cinta Allah itu. Karena itu jangan takut mencinta, sebab cinta bukan racun. .
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H