Gara-gara cinta Shintia lupa diri. Shintia masih begitu lugu untuk mengerti cinta yang abstrak. Tanpa malu, dia bilang I love You, Azefer. You are my life. Hidupku adalah Cinta, itulah prinsip yang dipegangnya erat, lebih erat dari dirinya sendiri, saking eratnya sampai ia lupa diri hingga dia bersama hidupnya melebur dalam cinta.Â
Shintia mabuk cinta berkata; "cinta memang meleburkan. Aku dibuatnya lebur jadi satu dengan kau dalam hidup, Azefer, engkau segalanya bagiku, seperti cinta yang melebur kau terlihat olehku pada semesta. Kulihat kau ada di taman Karmel, ketika kuhampiri hanya ada seonggok rumput liar, kucabut dengan nafsu yang kuat, kulihat kau pada pensil hingga kulukis wajahmu dalam anganku, kau melebur dalam seluruh bilikku, mengantuiku siang dan malam, merasuki hati dan budiku......dan.....Sial! Â kau telah mencuri sebongkah diriku. Bukan rusuk atau mataku, bukan telinga atau rambutku, kau mencuri hatiku...lalu pergi tanpa permisi.Â
Jatuh cinta itu biasa, yang tidak biasa itu jatuh karena cinta. Shintia sudah begitu nyaman dalam biara. Segala yang dibutuhkan tersedia. Shintia. Menikmati semua karena cinta. Biara itu rumahnya, yang memberinya kenyamanan, makanan, minuman, pakaian, wajah nan cantik, tubuh yang proposional, rambut hitam terselubung kerudung putih nan indah. Biara itu begitu indah dan komplet sehingga meninggalkan tempat itu adalah kerugian baginya. Menetap sampai maut merenggut nyawanya adalah pilihan terbaik.Â
Panasnya Minggu bulan September 23, Azefer bertemu Shintia, bicara empat mata terhalang jeruji besi lima senti. Beradu pandang sambil main mata, saling meneguhkan cinta yang sedang bersemi di antara keduanya. Dalam derai air mata,dengan nada rendah dan suara nan halus, Shintia berbisik tepat pada kuping sang pencuri hatinya: "Cukup, kau telah mencuri hatiku. Jangan sampai ragaku seutuhnya menjadi milikmu".Â
Selasa, 26-09-2023
Bilik 09