(Quality, Time and Money / sumber : vatsgroup.com)
Sebagai pekerja yang bekerja di Manufactur yang memproduksi produk elektronik dan berkecimpung di bagian Engineering utamanya model yang dijual dipasaran. Tentunya kita sering menemukan kondisi produk yang dihasilkan diketemukan cacat atau NG (Not Good) dipasaran ataupun diend user lainnya (contoh perusahan pemegang merk yang menerima produk setengah jadi dari sebuah perusahaan).
Bermacam-macam jenis kegagalan sebuah produk mulai dari appearance atau kondisi luar sebuah produk yang diketemukan scratch, broken hingga missing atau ada part yang tidak dipasang. Sedangkan kegagalan produk lainnya adalah mengacu pada kegagalan fungsi kerja dari sebuah produk misalnya tidak bisa dinyalakan alias mati, suara yang tidak maksimal hingga kesalahan kode sebuah negara dalam prosesor.
Jelas secara margin keuntungan market claim ataupun komplain customer dapat mengurangi keuntungan karena adanya :
 - beban harus melakukan rework atau sortir terhadap produk yang telah dibuat
 - beban untuk penambahan waktu kerja yakni OT (Over Time) karena harus memenuhi jadwal pengiriman ke Customer
 - beban part reject atau part yang tidak bisa digunakan yang bisa jadi akan dibebankan kepada perusahaan tersebut
 - beban untuk biaya tambahan yang diperlukan jika harus melakukan rework/ sortir di tempat end user ataupun hingga customer (seperti yang pernah dialami penulis kala bekerja di PT. SEI (Sony Electronics Indonesia)
 - yang bikin pusing ya itu harus menjawab pertanyaan Customer yang Why-Why bisa sampai tujuh step hingga root cause atau penyebab sesungguhnya diketemukan
 - dan beban biaya tambahan lainnya yang tentunya menjadi kerugian dari perusahaan yang membuat kesalahan terhadap produk yang dibuat.
Untungnya .. dalam pandangan penulis tentu ada (dibalik sebuah kegagalan pasti ada sesuatu hal positif yang bisa dipetik). Apa itu ?