“Terima kasih ayah, tiga hari tidak online dengan hape-nya,” kata puteriku Anisah sembari mencium pipi penulis.
“Sama-sama kakak Anisah,” jawabku sambil memangkunya
“Ayah sudah berjanji untuk menghabiskan waktu bersama kakak selama pulang kampung akhir pekan ini,” lanjutku kepadanya.
“Aku senang banget, yah. Bisa main sama ayah termasuk main congklak kayak tadi,” ujar Anisah sembari memelukku.
.....
“Terima kasih Ya Allah,” (ujarku dalam hati).
Janji adalah utang yang harus dibayar, walaupun janji tersebut diungkapkan dalam hati. Walau harus kehilangan beberapa momen didunia online via hape namun waktu maksimal bersama buah hati dan orang yang paling dikasihi jelas tidak bisa diukur dengan apapun. Satu bulan ‘full kerja’ dan baru bisa pulang kampung bertemu keluarga akhir pekan kemain tentu harus seimbang dibayarnya dengan waktu yang hilang.
Pulang kampung memang menjadi momen special penulis untuk bertemu dengan isteri dan puteriku tercinta, menghabiskan waktu bersama dalam waktu dua sampai tiga hari diakhir pekan. Mematikan Hape atau tidak meng-online hape tentu menjadi pilihat berat yang harus dipilih. Toh, sebulan kemarin sudah online sepuasnya dan kalau sekarang tidak ONLINE tentu menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Dan senyuman ikhlas nan manis dari puteriku menjadi jawaban dari ikhtiar yang dipilih.
‘Jika Anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan’ , itulah salah satu ikhtiar penulis yang mencoba ditanamkan kepada puteri kami, Anisah ditengah keterbatasan jumlah waktu untuk berkumpul.
Salam Kompasiana,
Wefi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI