Mas Wefi,posisi dimana sekarang?Aku lagi dipool bis sinar jaya Cibitung,mas”
Suara mas Nanang,temanku yang bekerja dikawasan industri Cikarang terdengar saat kujawab panggilan masuk dihapeku.
“Ora mas nanang,aku sesuk mlebu kerja (tidak mas nanang,saya besok masuk kerja),”jawabku padanya.
“Ndak libur panjang mas?”tanyanya.
“Tidak mas,lagi ada model baru,”jawabku.
..
Mas Nanang, saya dan puluhan teman lainnya yang bekerja dibeberapa kawasan industri memang menjalani hidup ala PJKA.Bukan PJKA - Perusahaan Jawatan Kereta Api yang sedang menggeber penjualan tiket arus mudik dan balik libur Idul Fitri 1438H tetapi sebuah istilah yang berarti (P)ulang (J)um’at (K)embali (A)had alias pulang ke kampung jum’at malam dan kembali ke cibitung dan sekitarnya pada minggu malam.
Juga ada kisah teman-teman penulis diperusahaan berbeda namun dipabrik yang lain, dimana setiap akhir pekan yakni jumat sore tenggo (teng langsung go/bunyi bel langsung pergi ke parkiran mobil).Puluhan orang menggunakan mobil pribadi yang digilir pemakaiannya menuju tempat asal mereka yang kebetulan sama,Bandung.Minggu ini pakai mobil si A-B-C-D lalu minggu depan E-F-G-H terus bergantian dan kembali ke Cikarang dan sekitarnya ahad sore dari Bandung.
Saya dan teman-teman lainnya memang memiliki kehidupan yang sedikit berbeda dengan yang lainnya karena kami memilih hidup ala PJKA karena berbagai alasan,yakni:
1. Keluarga yakni anak dan isteri dikampung halaman
2. Bagi yang belum menikah,karena ingin pulang kampung (sebulan dua kali atau malah ada seminggu sekali pulang) untuk berjumpa ayah dan ibu
3. Memiliki bisnis dikampung halaman
4. Isteri sedang hamil tua dan akan melahirkan dikampung halaman.
Itulah berbagai alasan yang mengemuka dari teman-teman yang pernah penulis tanyakan mengapa memilih hidup ala PJKA.Sebuah pilihan yang sulit tentunya terutama bagi penulis karena harus terpisah dengan anak dan isteri.Puteriku sekolah di MI sedang isteri sedang merintis usaha (untuk masa depan jika sang suami tidak terpakai dipabrik) plus menjaga kedua orang tua kami tentunya.Itulah Romantika kehidupan berumah tangga ala PJKA dengan segala suka dan dukanya.
Banyak dukanya hidup ala PJKA dibandingkan rasa sukanya.Saat lelah bekerja tidak ada yang menyambut atau membuat ceria dengan tingkah polah lucu anak kita,apa-apa dikerjakan sendiri padahal sudah memiliki isteri (jadi ingat lagu Caca Handika ‘Makan makan sendiri,nyuci baju sendiri..).Saat musim hujan kayak sekarang nih,dingin-dingin sendiri tak ada yang menemani dan lain sebagainya.
Sukanya adalah saat bertemu dengan orang yang terkasih,ada rasa rindu yang membuncah karena lama tidak berjumpa dengan isteri tercinta.Juga tentunya bersua dengan anak kita,apalagi kalau dia bercerita tentang pengalamannya di MI serta sudah mulai bisa shalat dan hafal surat Al-Qur’an…Alhamdulillah Ya Robb.Juga ada pengalaman lucu yang menjadi salah tanda apakah saya pulang kampung atau tidak disetiap akhir pekan,apa itu?
“Sayangku,lagi lampu merah ndak?” tanyaku
Istilah lampu merah adalah istilah untuk kondisi isteri sedang haidh alias datang bulan,kalau kata teman saya dipabrik ‘wah pak wefi,kasihan banget yach sudah pulang eh sang isteri malah lagi datang bulan’.Walau kita pulang kampung tidak semata untuk urusan itu saja tapi itu adalah ikatan yang menandai kualitas hubungan dengan istri dan kami berdua berusaha untuk selalu menciptakan suasana yang tetap hangat apalagi tidak pernah bertemu.
Jadi bicara suka dan duka dalam romantika kehidupan keluarga ala PJKA,tentunya kita akan melihi kehidupan bersama keluarga tercinta dan tidak terpisah satu sama lain karena alasan seperti diatas.
#PJKA
#Semangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H