Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Minta Maaf Saja Tidak Cukup, PSSI!

26 November 2014   18:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:47 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14169946232096908988

[caption id="attachment_378414" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi gugatan terhadap PSSI. (Kompas/Agung Setyahadi)"][/caption]

Laga kedua Piala AFF 2014 grup A antara Timnas Indonesia kontra Filipina memang sudah selesai dan Timnas asuhan Opa Riedl harus takluk dengan skor telak 0-4 dari Filipina lewat gol yang dicetak Younghusband, Oot, Gier dan Stueble. Kekalahan dari Filipina sontak memantik reaksi pendukung Timnas yang memang sudah menanti lama Timnas bisa meraih gelar turnamen bergengsi di kawasan ASEAN tersebut.

Melihat reaksi dari pendukung Timnas, PSSI selaku federasi resmi di bawah FIFA yang membawahi Timnas pun langsung meresponnya dengan meminta maaf kepada publik lewat sang ketua BTN yang juga Wakil Ketua Umum PSSI, H. La Nyala Mattalitti.

“Para pemain telah berjuang di lapangan, tetapi Filipina tampil lebih baik. Kami minta maaf, khususnya kepada masyarakat sepak bola Indonesia karena penampilan kami tidak sesuai harapan,” ungkap La Nyalla melalui siaran pers PSSI, Selasa (25/11).

“Bukan sekadar evaluasi, tetapi PSSI akan mengambil langkah-langkah penting, nanti akan dirumuskan di rapat kerja PSSI,” lanjutnya sembari berharap para pemain tetap fokus dan melupakan kekalahan dari Filipina.

Tetapi apakah meminta maaf saja cukup bagi PSSI? Nach kalau yang ini debatable lah tergantung dari mana dan dari sisi siapa kita melihatnya. Kalau penulis melihatnya tidak cukup, karena meminta maaf sudah lazim dilakukan tetapi sejak itu tidak ada perubahan (kalau teman penulis bilang perubahan radikal) yang dilakukan oleh PSSI.

Jika melihat laga semalam memang banyak analisa yang berkembang baik masalah strategi permainan ala Opa Riedl, semangat para pemain hingga katanya faktor kekalahan. Setidaknya Filipina memang mendominasi laga semalam, beberapa catatan yang mengemuka (berdasarkan data optajaya) dari hasil laga Timnas kontra Filipina semalam selain rekor kemenangan Indonesia yang ternoda akibat kekalahan 0-4 juga:
1. Jumlah tembakan ke gawang Filipina oleh pemain Indonesia ternyata kalah oleh 4 tembakan ke arah gawang Kurnia Meiga oleh striker Filipina, Patrick Reichelt.
2. Butuh 80 tahun sejak sebelum era kemerdekaan bagi Filipina untuk bisa mengalahkan Indonesia.
3. Kemenangan (4-0) atas Indonesia menjadi kemenangan terbesar Filipina dalam sejarahnya di Piala AFF (sesuatu banget nich buat pendukung Filipina).
4. Kekalahan dari Filipina juga menjadi kekalahan ke-15 Indonesia selama mengikuti Piala AFF (termasuk saat bernama Piala Tiger 1996).
5. Filipina hanya butuh dua laga di Piala AFF 2014 untuk menyamai setengah dari total gol mereka sejak ikut Piala AFF/Piala Tiger (sebelumnya mencetak 17 gol).

Ada yang salah? Bisa jadi. Apakah perlu diratapi dan disesali hasil semalam? Tidak usahlah, lha wong Opa Riedl sendiri bilang sebelum berangkat ke Vietnam peluang Timnas 20 persen (terlepas psy war atau apa, sudah menunjukkan ketidakyakinannya). Lalu apa selanjutnya? Yang perlu sekarang bagaimana Opa Riedl dan manajemen Timnas membangkitkan kembali semangat para pemain apalagi laga lawan Laos tidak ada bonus yang akan diberikan sedangkan walau peluang kecil tetapi kemenangan besar wajib diraih (di atas 5-0 sambil berharap keajaiban datang dengan Filipina menang atas Filipina).

"Kans kami menjadi juara Piala AFF 2014 hanya 20 persen. Semua tim memiliki kans yang sama sebagai juara,” ujar Alfred Riedl.

So, Meminta maaf mungkin langkah awal menuju perbaikan tetapi harus dibarengi dengan langkah konkret dari pengurus PSSI agar persepakbolaan nasional makin berprestasi. Ada waktu hingga 2015 bagi publik untuk memajukan berbagai nama yang dianggap pantas menduduki pucuk kepemimpinan PSSI periode 2015-2019 mendatang, jika kita publik sudah ‘jengah’ dengan yang ada kenapa kita bergerak dengan cara masing-masing memajukan tokoh yang mau berpeluh keringat membangun sepak bola nasional.

Atau mungkin admin Kompasiana akan ikut berperan serta dalam merangkum berbagai uneg-uneg Kompasioner untuk sepak bola nasional agar lebih berprestasi, menarik ditunggu nich.

Salam sepakbola nasional,
Wefi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun