Marhaban , marhaban, ya Nura Aini / Selamat datang, selamat datang, wahai cahaya mataku
Marhaban, marhaban, ya Jaddal Husaini / Selamat datang, selamat datang wahai kakek Hasan dan Husain.
Malam ke-12 pembacaan Maulid Barjanzi oleh jamaah masjid dikampung halaman penulis pun telah usai, kian semarak dan merinding kala melihat anak-anak usia sekolah dasar baik laki-laki dan perempuan dengan penuh semangat membaca Maulid Barjanzi yang kebetulan dipimpin oleh Ayahanda penulis. Bagi penulis ini adalah kali ketiga ikut dalam pembacaan maulid barjanzai seusai shalat maghrib berjamaah (khusus untuk mala mini ba’da isya).
Pembacaan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW memang menjadi tradisi diberbagai daerah di Indonesia. Kisah kelahiran Sang Nabi berlanjut dengan sirah (biografinya) hingga tarikh (sejarah) perjalanan Nabi Muhammad SAW dibuat dalam puisi atau prosa panjang karya para ulama besar yang juga ahli syair. Tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkan keluhuran budi pekerti Rosulullah SAW namun para ulama berusaha merangkumnya dalam untaian puisi yang indah.
Bermacam jenis Maulid seperti Maulid Burdah karya Imam Muhammad al-Bushairi, Maulid Syamsul Anam. Maulid Ad-Dibai karya Al-Imam Abdurrahman bin Ali Ad-Dibaiu, Maulid Azabi karya Syaikh Muhammad Al-Azabi, Maulid Al-Buthy, Maulid Simtud Durar karya Al-Habib Ali bun Muhammad buin Husain Al-Habsy hingga Maulid Adhiya ul Lami karya Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafid hingga Maulid Barjanzi karya Syaikh Jafar bin Hasan bin Hasan bin Abdul Karim Al Barjanzi.
Ya Rabbi shalli ‘alaa Muhammad / Ya Allah Ya Rabb tetapkanlah limpahan rahmat kepada Nabi Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa sallim / Ya Allah Ya Rabb tetapkanlah limpahan rahmat dan kesejahteraan kepadanya
Ya Rabbi balligh-hul wasilah / Ya Allah Ya Rabb sampaikanlah kepadanya sebagai perantara
Ya Rabbi khush-shah bil fadhilah / Ya Allah Ya Rabb khususkanlah kepadanya dengan keutamaan. [Maulid Diba’a dan Barjanzi]
Ya Rabbi shalli ‘alaa Muhammad / Ya Allah Ya Rabb , selagi cahaya bintang gemintang masihgemerlapan dikaki langit
Maa laaha fik ufuqi nurru kawkaab / tetapkanlah limpahan rahmat kepada Nabi Muhammad. [Simtud Durar]
Anta syamsun anta badrun / engkaulah surya engkaulah purnama
Anta nurun fawqa nuri / engkau cahaya diatas cahaya. [Maulid Barjanzi]
Wa lam tazzal ummuhuu taraa anwaa’an min fakhrihii wa fadlihii, ilaa nihayatii tamaami hamlih / Dan sang bunda tiada henti melihat bermacam tanda kemegahan dan keistimewaan sang janin hingga sempurnalah masa kandungannya.
Falammaasy tadda bihaath thalqu bi idzni rabbi khalqi, wadha’atil habiiba shallallaahu ‘alaihi wa sallama saajidan syakiran haamidan ka-annahul badru fi tamaamih / Maka ketika sang bunda tekah merasa kesakitan dengan izin Allah, Sang Pencipta makhluk, lahirlah kekasih Allah, Muhammad SAW, dalam keadaan sujudm bersyukur dan memuji dengan wajah yang sempurna laksana purnama. [Maulid Diba’i]
Sedangkan dalam Simtud Durar
“Maka dengan taufik Allah , hadirlah Sayyidah Maryam dan Sayyidah Asiyah, yang diiringi bidadari –bidadari surge, yang beroleh kemuliaan agung, yang dibagi-bagikan Allah atas mereka yang dikehendaki. Dan tibalah saat yang telah direncanakan Allah bagi kelahiran ini. Menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah. Terang benderang menjulang tinggi. Dan terlahirlah insan nan terpuji. Tundujk khusyu dihadapan Allah, terang benderang menjulang tinggi ..”
Rindu kami padamu Ya Rosul, Rindu Tiada Terkira.