Tidak terasa tinggal sebulan lagi kompetisi kasta tertinggi dinegeri ini, ISL akan segera berputar di bulan Februari. Bursa transfer pemain dan pelatih lumayan ramai baik yang melibatkan pemain dan pelatih asing maupun lokal, semua berusaha menjadi bagian dari kompetisi sepakbola nasional musim 2015. Hanya kemeriahan kompetisi tidak bisa dirasakan oleh para pemain dan pelatih yang menjadi terdakwa dalam 'sepakbola gajah' antara PSS Sleman dan PSIS Semarang.
Dalam laga 8 besar fase grup yang dilangsungkan di stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU) , Sleman pada 26 Oktober 2014 kedua tim menyarangkan total lima gol ke gawang masing-masing agar terhindar dari Borneo FC disemifinal. Dan PSSI melalui KomDis nya telah memutuskan hukuman kepada semua yang terlibat dan diperkuat kembali oleh Komisi Banding.
Berikut daftar pemain, pelatih dan manajer yang mendapat kepastian hukuman dari Komisi Disiplin (KomDis) dan Komisi Banding (KomDing) setelah banding ditolak :
1. Hukuman Seumur Hidup
- PSIS Semarang : Wahyu Winarto (Manajer), Eko Riyadi (Pelatih), Catur Adi Nugroho, Komaedi, Fadli Manan dan Saptono (Pemain)
- PSS Sleman : Eri Febrianto (Sekretaris), Rumadi (Manajer Operasional), Heri Kiswanto (Pelatih), Riyono, Agus Setyawan, Hermawan Putra Jati (Pemain)
2. Hukuman 10 tahun
- PSIS Semarang : Setiawan, Budi (Asisten Pelatih)
- PSS Sleman : Edi Broto, Edwin Syahrudin (Asisten Pelatih)
3. Hukuman 5 tahun
- PSIS Semarang : Vidi Hasiholan, Elina Soka, Andik Rahmat, Franky Mahendra, Taufik Hidayat, Sunar Sulaiman, Anam Syahrul Fitrianto, Ronal Fagundez dan Julio Alcorse (Pemain)
- PSS Sleman : Ridwan Awaluddin, Eko Setyawan Aji, Anang Hadi, Mudah Yulianto, Moniega Bagus, Marwan Muhammad, Satrio Aji dan Wahyu Gunawan (Pemain).
Lalu apa yang dilakukan sebagian pemain dan pelatih yang telah mendapat kepastian hukuman terkait rencana yang akan dilakukan terkait hukuman yang telah didapatkan. Ada yang tetap fokus dengan sepakbola, ada yang bisnis dan ada juga yang kembali bekerja sebagai PNS sambil berharap adanya pengampunan lewat mekanisme Peninjauan Kembali (PK) lewat pengampunan dari Ketum PSSI.
"Kemana saja akan saya usahakan minta pengampunan. Saya tidak merasa berbuat seperti yang dituduhkan," kata pelatih PSS Sleman yang juga mantan bek Timnas, Heri Kiswanto yang kini menekuni usaha kecil-kecilan agar dapur tetap ngebul sembari tetap memperjuangkan pengampunan dari PSSI.
"Saya kembali ke aktivitas sehari-hari sebagai guru SD di Semarang," ungkap pelatih PSIS Semarang, Eko Riyadi yang masih trauma dengan vonis hukuman dari Komdis PSSI.
"Karir saya sudah mati," ungkap Agus Setiawan, pemain PSS Sleman yang mendapat vonis seumur hidup.
"Paling-paling nanti juga buka toko perlengkapan olahraga. Tapi saya belum ada pikiran lain kecuali kembali bermain. Saya ini bermimpi menjadi pelatih pun sudah tidak bis, semua jalan buntu," ungkap kiper PSIS, Catur Adi Nugroho yang mengaku sulit lepas dari sepakbola (sumber : harian top skor).
Meminjam pendapat kiper PSIS, Catur Adi Nugroho bahwa bermimpi pun sudah tidak bisa karena semua jalan seperti buntu, harus diakui tekanan sangat berat dialami oleh para pemain, pelatih yang mengandalkan sepakbola sebagai tulang punggung mereka untuk meraih pundi-pundi uang. Memang berat apalagi kejadian 'sepak bola gajah' benar-benar melanggar prinsip fair play disepakbola.
Semoga akan ada jalan keluar terbaik untuk semuanya dan peristiwa 'sepakbola gajah' antara PSIS Semarang kontra PSS menjadi pelajaran berharga untuk semua pihak yang terlibat dalam kompetisi sepakbola nasional dimana semangat bertanding dan fair play menjadi rujukan bagi semua pihak yang terlibat langsung dikompetisi sepakbola.
Salam sepakbola nasional,
Wefi