Belajar membina rumah tangga bisa dari berbagai sumber, Rasulullah SAW jelas menjadi sumber rujukan utama bagaimana manajemen rumah tangga beliau begitupun dengan kedua orang tua kita yang menjadi panutan dalam menjalani rumah tangga. Plus juga kisah dari orang-orang bijak dan sholeh terdahulu, termasuk kisah rumah tangga dari Syuraih.
Nama lengkapnya Syuraih bin al-Harits bin Qais bin al-Jahm al-Kindi seorang hakim yang ditunjuk KhalifahUmar bin Khattab untuk menjadi hakim di Kufah selama 60 tahun dan juga pernah setahun menjadi hakim di Bashrah dengan mendapat gaji sebesar 100 dirham. Ada satu kisah menarik dari sang hakim saat menangani kasus yang melibatkan Khalifah Umar bin Khattab.
Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab membeli seekor kuda dari Arab Badui, setelah transaksi selesai kemudian sang Khalifah membawa kudanya pulang tetapi tanpa diduga kuda tersebut justru tidak mau berlari karena kakinya pincang. Khalifah Umar pun kembali untuk menemui sang pedagang hingga akhirnya permasalahan yang muncul dibawa ke Syuraih sebagai penengahnya.
“Wahai pemimpin umat Islam, apakah kuda yang engkau ambil sesaat setelah transaksi itu dalam kondisi sehat? “ tanya sang hakim kepada Khalifah
“Iya,” jawab Khalifah
“Maka, ambil dan rawatlah kuda yang telah engkau beli itu, jika tidak berkenan, kembalikan kuda seperti semula,” ungkap Syuraih
Jawaban sang hakim pun membuat Khalifah Umar bin Khattab takjub dan langsung memeluknya.
Kembali ke topik manisnya rumah tangga sang hakim yang merupakan contoh yang diperlihatkan oleh Syuraih kepada kita tentang bagaimana membangun komunikasi yang baik dengan pasangan hidup kita sehingga tercipta indahnya rumah tangga yang penuh keberkahan. Syuraih menikah dengan Zaenab binti Hadhir dari Bani hanzhalah yang merasa belum mengenal dengan baik rekam jejak sang suami.
“Demi Allah, aku tidak melangkah kecuali untuk perkara yang diridhai Allah. Dan kamu adalah laki-laki asing, aku tidak mengenal akhlak kepribadianmu. Katakan apa yang kamu sukai sehingga aku bisa melakukannya. Katakan apa yang kamu benci sehingga aku bisa menjauhinya,” ungkap Zaenab kepada Syuraih, suaminya.
“Aku suka ini dan ini (aku menyebut ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan dan makanan-makanan yang aku suka) dan juga membenci ini dan ini,” ujar Syuraih kepada isterinya.
Syuraih pada awalnya pesimis dengan pernikahannya karena dia termakan dengan stigma yang melekat pada wanita Bani Tamim yang merupakan muara dari Bani Hanzhalah yang dikenal keras hatinya dan kasar, lalu mulai menjelaskansemuanya kepada sang isteri.