“Hidup ini bukan tentang balas dendam. Ini tentang peluang. Ini adalah kesempatan baru”
Sosoknya mirip dengan Jurgen Klopp, manajer Liverpool namun untuk manajer Atletico Madrid ini cenderung lebih ‘ugly’, eksplosif tetapi seorang motivator ulung bagi anak asuhnya. Dialah Diego Simeone, eks gelandang Timnas Argentina dengan 106 caps dan 11 gol yang mampu menjadikan Atletico Madrid kompetitif bukan saja di La Liga untuk bertarung head to head dengan Real Madrid dan Barcelona tetapi juga mampu berprestasi maksimal di Liga Champions Eropa.
Usai sukses membawa Atletico Madrid lolos ke final musim 2013/14 walau akhirnya harus kalah 4-1 dari Real Madrid kembali ‘The Ugly Coach Simeone’ begitu julukan penulis membawa ‘Rojoblancos’ lolos ke final Liga Champions 2015/16 yang akan berlangsung di San Siro, Milan (28/5) mendatang dengan lawan yang sama, Real Madrid. Sebuah laga yang tak mudah bagi Simeone yang membawa anak asuhnya beserta sang pacar ke Ibiza untuk refreshing dan mempersiapkan strategi yang tepat untuk membongkar kolektivitas dan keunggulan skill Real Madrid yang juga mengincar gelar ke-11 Liga Champions.
Gaya Simeone saat dilapangan itulah yang menjadi fokus penulis kali ini, gayanya yang meledak-ledak dan tidak kenal kompromi termasuk saat final Liga Champions 2014 dimana dia bersitegang dengan Rafael Varane, bek Real Madrid akan kembali terulang dilaga final kali ini ? Pastinya aksi Simeone tetap layak untuk disorot oleh kamera pertandingan sebagaimana yang dilakukan sebuah TV Jerman kala Klopp pulang kampung bersama Liverpool untuk bertemu Dormund di perempat final Liga Europa musim ini.
Disemifinal Liga Champions kontra Muenchen di Alianz Arena kembali Simeone memperlihatkan sisi eksploisitasnya dengan memukul pundak sang asisten pelatih hingga emosinya yang sampai harus dilerai oleh Ribery dari pinggir lapangan. Memang bukan sebuah contoh yang baik bagi penggemar bola usia muda dengan apa yang diperlihatkan seorang Simeone tetapi sekali lagi inilah yang membuat seorang Simeone begitu spesial bukan saja bagi Atletico Madrid tetapi juga fans serta klub yang tertarik untuk memakai jasanya sebagai manajer.
Perjalanan karir Diego Simeone sebagai seorang pemain dimulai dari klub Velez Sarsfield (1987-1990), Pisa (1990-1992), Sevilla (1992-1994), Atletico Madrid (1994-1997), Inter Milan (1997-1999), Lazio (1999-2003), Atletico Madrid (2003-2005) dan mengakhiri karirnya sebagai pemain di Racing Club (2005-2006). Sedang karirnya sebagai manajer klub dimulai dari Racing Club (2006), Estudiantes (2006-2007), River Plate (2008), San Lorenzo (2009-2010), Catania dan Racing Club (2011) dan Atletico Madrid dari 2012 hingga sekarang.
Komentar Diego Simone diatas menggambarkan kekuatan mental seorang Simeone, melihat cara Atletico bermain memperlihatkan sebuah gairah luar biasa yang tersaji lewat sikap sang manajer yang menurut Fernando Torres, striker Atletico membuat pemain merasa bersedia ‘mati’ satu sama lain. Hal yang diakui oleh seorang Carlo Ancelotti sang lawan difinal 2014 tentang sosok Simeone.
“Simeone sosok yang tangguh, fokus dan peramu taktik yang sempurna dan jika sebuah tim bermain tercermin dari manajer mereka, tim itu Atletico,” ungkap pria Italia yang musim depan melatih Muenchen tersebut.
Dimata sang anak, Gianluca Simeone sang ayah adalah tipikal seorang yang menuntut dan ‘itu bisa membuatnya terbunuh’.
“Ya, dia memang tipe penuntut dan bersama Profesor Ortega, (jika saya dilatih mereka) bisa membuat saya merasa dibunuh karena kerasnya tuntutan mereka,” ungkap putra Simeone tentang ayahnya tersebut.
Menarik ditunggu aksi eksplosif dan kejutannya dipinggir lapangan saat laga final liga Champions berlangsung, perseteruannya dengan Zidane ataupun protes kepada wasit hingga selebrasinya saat gol tercipta menjadi sajian menarik nan spesial yang sayang untuk dilewatkan karena DIEGO SIMEONE, GUE SUKA GAYA LOE ..!
Salam Sepakbola,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H