Musibah Air Asia QZ8501 membuat duka cita yang mendalam bukan saja untuk keluarga penumpang dan crew pesawat Air Asia QZ8501 tersebut tetapi juga membuat sang Bos Air Asia, Tony Fernandes harus memusatkan seluruh perhatiannya untuk musibah yang menimpa maskapai penerbangannya. Tentu perbaikan kedepan untuk peningkatan performa serta penyelesaian hak-hak keluarga dan crew pesawat Air Asia yang harus diselesaikannya.
Situasi yang tidak menguntungkan pun dialaminya di klub Liga Primer Inggris yang dimilikinya, Queens Park Rangers (QPR) yang masih berkutat di zona degradasi dan terancam akan bermain di Divisi Championship musim depan jika gagal diakhir musim ini. Itulah yang membuat sang pemilik, Tony Fernandes memilih cara lain untuk terus membuat klubnya tersebut berkembang sembari berharap ada perubahan nasib QPR diputaran kedua.
Langkah yang dipilih pengusaha 50 tahun yang sempat masuk sebagai 25 Star of Asia tahun 2005 itu memilih untuk berinvestasi dengan mematangkan pemain muda di akademi QPR daripada harus membeli pemain bintang yang pastinya akan mengeluarkan budget serta gaji yang besar bila ingin mendatangkan pemain bintang (karena kabarnya sang manajer, Harry Redknapp menginginkan ‘Si Bebek’ alias Alexander Pato).
Dimata Fernandes, klubnya QPR akan berubah orientasi dari klub yang membeli pemain menjadi klub yang lebih mengedepankan pengembangan dan promosi pemain muda dari akademi yang mereka miliki. Pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa QPR jor-joran dalam pembelian pemain macam Loric Remy, Julio Cesar, dan lain-lain namun tidak memberikan efek yang signifikan terhadap prestasi klubnya di Liga Primer.
Selanjutnya dimata Tony Fernandes ada sebuah contoh klub Liga primer yakni Southampton yang dapat menjadi contoh klub sukses dalam mengembangkan dan mengelola pemain muda serta menjadikan mereka sebagai pemain dengan harga mahal seperti Theo Walcott, Luke Shaw, Adam Lallana hingga pemain termahal seperti Gareth Bale.
“Akademi ini akan menjadi budaya. Jika itu hal terakhir yang saya lakukan agar pemain yang tampil merupakan pemain dari akademi kami," kata Fernandes situs klub (www.qpr.co.uk).
"Struktur dan penempatan orang-orang pada tempatnya . Budaya di lapangan sepak bola adalah bahwa kita tidak akan menjadi klub membeli, kita akan menjadi klub berkembang. Kami akan mengembangkan pemain melalui sistem. Filosofi dari klub adalah apa yang Anda lihat di luar sana di lapangan, kita akan mengembangkan gaya bermain." Lanjut Fernandes.
Tony Fernandes yang semasa kepemimpinannya di QPR sejak Agustus 2011 telah mempekerjakan tiga pelatih mulai dari Neil Warnock, Mark Hughes hingga sekarang Harry Redknap juga berencana meningkatkan pemasukan melalui jumlah penonton yang hadir. Jalan yang dipilihnya adalah memindahkan markas QPR, Loftus Road ke stadion baru yang memiliki kapasitas 40 ribu tempat duduk.
Aktivitas QPR di bursa transfer musim dingin inipun tidak terlalu wah, adapun pemain yang didatangkan merupakan pemain berstatus pinjaman seperti Mauro Zarate (Argentina/ West Ham) serta Ryan Manning. Sehingga akan menarik untuk dilihat performa anak asuh Harry Redknapp diputara kedua Liga Primer Inggris dengan perubahan paradigma yang dilakukan oleh sang pemilik klub, Tony Fernandes.
Berada diposisi ke-19 Liga Primer dengan poin 19 hasil 5 kemenangan, 4 imbang dan 13 kali kalah membuat Adil Tarrabt dkk harus bersemangat dan menjadikan semua laga sisa adalah partai final sehingga diakhir kompetisi bisa tetap bertahan di Liga Primer sekaligus menjadi kado indah untuk sang pemilik, Tony Fernandes serta fans setia QPR.
Salam sepakbola,
Wefi