(seorang ayah dan anaknya / sumber : sidomi)
Pernah saya membaca sebuah artikel ketika 3000 guru agama sekabupaten Banyuwangi dikumpulkan sang Bupati diStadion Kota tersebut. Lalu sang Bupati bertanya :
“Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu ada yang mendoakan murid-muridnya setiap habis sholat?” tanya sang Bupati
Para Guru-pun hanya terdiam hening seketika ketika pertanyaan tersebut muncul.
Mungkinkah anak-anak kita, yang sebagian waktu orang tua tersedot dengan waktu kerja mereka telah kehilangan “BAPAK SPIRITUAL” mereka disekolah? Sesuatu yang mungkin juga tidak mereka dapatkan dirumah. Itulah yang mungkin menjadi pertanyaan bagi kita semua ?
Dalam Al-Qur’an-pun ALLAH SWT berfirman : “Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah ujian”
Ujian harta akan selalu muncul saat kita begitu mencintai harta kita sehingga terkadang menjadikannya sebagai budak harta, begitupun ujian tentang anak kita. Ketika kita mencitai anak kita sehingga merebut hatinya untuk dekat dan mencitai Sang Pencipta, maka akan muncul cobaan dari ALLAH tentang anak kita.
Tugas kita sebagai orang tua bukan saja menyiapkan hal-hal bersifat duniawi, Kita boleh habis-habisan bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anak tetapi ada hal penting yang harus dilakukan sebagai Bapak Spiritual untuk mempersiapkan mental dan ruhani anak-anak dengan rasa cinta kepada Allah SWT.
Rasa cinta kita kepada Allah SWT, hendaknya menimbulkan rasa tanggung jawab dalam diri kita untuk mampu membentuk anak kita yang mencintai Allah SWT, karena sebuah cinta membutuhkan penyelamatan dan itu akan selalu tercipta dalam doa-doa atau munajat kita kepada Allah SWT.
Termasuk dalam setiap doa kita selepas beribadah agar anak kita menjadi generasi soleh dan solihat serta generasi yang bermanfaat dunia dan akhirat. Sebagaimana kita ambil pelajaran dari doa seorang sufi untuk anak cucunya :
“Oh Tuhan, jadikan anak cucuku sampai akhir zaman nanti, anak-anak yang soleh dan solihah, hidupnya manfaat dunia akhirat, diberi tetap iman , terang hati dan selamat dunia khirat”