Kegagalan Lionel Messi dan Lionel Messi mengemban tugas sebagai eksekutor dalam adu tendangan pinalti difinal Copa America Centenario 2016 di Metlife Stadium, New Jersey membuat ‘Albiceleste’, julukan Argentina harus kembali tertunduk lesu. Kalah 2-4 lewat adu tendangan pinalti setelah hanya bermain imbang 0-0 diwaktu dan perpanjangan waktu tentunya menyesakkan dan lebih menyakitkan lagi bagi seorang Messi yang gagal difinal ketiganya dalam tiga tahun terakhir.
[Copa America 2016] Argentina Kembali Mentok di Negeri 'Paman Sam'?
Diawali kegagalan difinal Piala Dunia 2014 Brazil saat Argentina kalah 0-1 dari Jerman dimasa perpanjangan waktu 2x15 menit, kemudian kalah 1-4 lewat dram adu pinalti dari Chile di Copa America 2015 dan terbaru kembali ‘La Pulga’ alias si kutu julukan Messi kembali gagal memberikan gelar untuk negaranya. Apesnya Messi dan juga punggawa Argentina serta kembali tertunduknya pecinta ‘tim Tango’ diseluruh dunia karena harus kembali berpuasa gelar hingga beberapa tahun kedepan, tepatnya hingga 2018 mendatang.
Tidak ada kado spesial diulang tahun ke-29 Lionel Messi yang jatuh pada (24/6) kemarin sebagaimana yang pernah penulis tulis diartikel sebelumnya karena striker yang menjadi top skor Argentina dengan 55 gol tersebut gagal membawa timnya menang dan juara. Selain itu Argentina pun mentok kembali ditanah Amerika dipercobaan yang ketiga, sebagaimana tulisan sebelumnya bagaimana Argentina gagal di 16 besar Piala Dunia 1994 USA dan takluk difinal Olimpiade 1996 Atalanta, USA.
Argentina Jadi Juara, Kado Spesial Ulang Tahun Messi
Pertanyaannya kini, akankah kegagalan Argentina menjadi juara setelah puasa gelar selama 23 tahun akan menular ke Liverpool dan Timnas Argentina? Kenapa pertanyaan tersebut dimunculkan? Jawabnya adalah ada dua kesamaan yang melekat diantara Argentina, Liverpool dan Timnas Indonesia yakni sama-sama disukai penulis. Sedang alasan kedua adalah terlalu lamanya ‘puasa gelar’ yang telah dilakoni dimana Argentina selama 23 tahun, lalu Liverpool dan Timnas Indonesia yang sudah 25 tahun tidak juara.
Argentina Senasib dengan Liverpool dan Timnas Indonesia
Akankah kegagalan Messi dkk di Amerika Serikat menjadi sinyal atau pertanda buruk untuk Liverpool dan Timnas Indonesia ? Jawabnya bisa jadi, sebagaimana rekan Kompasioner Eko Nurhadi mengatakan Liverpool itu seperti pendulum bagi Timnas Indonesia. Memang tidak bisa dijawab langsung IYA karena memang situasi dan kondisi yang berbeda namun nasib ketiganya hampir sama yakni terlalu lama tidak juara sehingga istilahnya sudah lupa cara menjadi juara.
Pemain bagus dengan kualitas teknik diatas rata-rata jangan ditanya, ada sosok Lionel Messi peraih Ballon d Or lima kali, belum lagi striker haus gol macam Gonzalo Higuain dan Sergio Aguero. Namun sepertinya nama-nama diatas tidak berarti dan gagal menembus pertahanan ketat ala Chile dilaga final. Situasi yang kurang lebih sama yang akan dihadapi Liverpool dan Indonesia diturnamen yang akan diikuti.
Timnas Indonesia bermasalah dengan kompetisi yang terganggu paska sanksi FIFA kepada Indonesia serta tidak bertanding dilevel internasional dalam setahun terakhir. Sedangkan Liverpool tentu memiliki tantangan yang lebih berat lagi utamanya sang manajer, Jurgen Klopp. Kedatangan manajer baru seperti Guardiola hingga Mourinho dengan budget transfer mumpuni, belum lagi menggeliatnya klub liga primer lainnya menjadikan Klopp harus berpikir ekstra keras dan cerdas dalam merekrut pemain yang bisa membantu mewujudkan mimpi Liverpool ke tangga juara.
Akankah kegagalan Argentina menjadi juara akan menular ke Liverpool dan Timnas Indonesia ? harapannya sih tidak namun hanya waktu dan usaha maksimal para pemain Liverpool dan Timnas Indonesia yang bisa menjawabnya.