[caption id="attachment_413929" align="aligncenter" width="600" caption="Sepp Blatter/Kompas.com"][/caption]
Kongres Luar Biasa  AFC di Bahrain sepertinya akan menegaskan kembali posisi Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa untuk melanjutkan tugasnya sebagai Presiden AFC periode berikutnya. Sebuah kemenangan yang akan membuat tiga penantang Sepp Blatter di Pemilihan Presiden FIFA periode berikutnya yakni Luis Figo, Prince Ali bin al Hussein dan Michael van Praag semakin frustasi.
Apalagi Sepp Blatter juga akan hadir langsung ke Bahrain mengikuti Kongress Tahunan AFC yang bisa membuatnya leluasa dalam mencari dukungan penuh dari wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dibanding konfederasi lainnya (total ada 46 negara AFC yang tergabung dalam FIFA). Kebetulan Sepp Blatter akan berbicara diantara pembukaan dan penutupan kongres yang dilakukan Sheikh Salman.
Terbongkar saat 21 item yang menjadi agenda tidak akan memberikan kesempatan kepada ketiga calon lawan Sepp Blatter di Pemilihan Presiden FIFA periode selanjut untuk berbicara didepan anggota AFC dalam kongress tahunan tersebut dalam hal penyampaian misi dan visi mereka dalam pengembangan FIFA selanjutnya.
Praktis dalam perkembangan persaingan menuju kursi nomor 1 FIFA hanya UEFA yang memberikan kesempatan kepada keempat calon untuk menyampaikan visi dan misinya. Selebihnya CONCACAF, CONMEBOL dan kini AFC tidak memberikan ruang untuk pesaing Sepp Blatter angkat bicara. Tetapi jelas posisi AFC tidak bisa dianggap enteng dalam menentukan posisi Presiden FIFA periode berikutnya.
Masalah Internal Mengganggu AFC
Salah satunya adalah perselisihan di Indonesia yang pemerintahnya telah membekukan kegiatan PSSI. Sebelumnya tercapai kesepakatan sponsor liga dengan Qatar National Bank dan meningkat menjadi sengketa tentang klub yang bisa bersaing. Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), berjalan di bawah naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga, memerintahkan dua klub dilarang yakni Persebaya ISL dan Arema Cronus yang tetap memberikan perlawanan.
Sehinggan oleh Kemenpora kompetisi ditangguhkan setelah dua putaran pertandingan yang, pada gilirannya, mendorong peringatan resmi dari FIFA yang campur tangan pemerintah seperti melanggar undang-undang dan mempertaruhkan suspensi Indonesia dari kompetisi internasional (termasuk saat kualifikasi Piala Dunia).
Kemudian masalah lain meletus di Pakistan di mana Sardar Naveed Haider terpilih sebagai presiden wilayah Punjab setelah pemilihan yang sengit. Sardar Naveed Haider adalah sekutu Faisal Saleh Hayat, presiden PFF dan mencari-pemilu ulang untuk komite eksekutif AFC. Protes dilakukan calon yang didukung pemerintah, Ali Haider Noor Niazi, ditolak oleh komisi pemilihan PFF itu.
Hal yang tidak mengherankan karena komisi pemilihan dipimpin oleh Syed Haider Nayyar yang tidak hanya anggota dari komite disiplin FIFA baik dan AFC tetapi juga adik ipar dari Presiden PFF.
Kemudian masih ada konflik kepentingan dilingkar internal AFC yang belum tuntas ditangani oleh Sheikh Salman terkait beberapa hal yang dianggap sebagai warisan presiden Mohamed Bin Hamman. Walau Komite etik telah dibentuk tapi belum mampu membongkar masalah yang diungkap PWC dalam kegiatan Bin Hammam (kekhawatiran yang telah muncul kembali dengan tuduhan menutup-nutupi terhadap Soosay).