Apa sisi positif jika Customer dan supplier dengan hobi atau kesukaan sama bertemu? Pastinya keseruan akan terjadi karena membicarakan hal yang sama-sama disukai. Selain itu, bisa lupa waktu sepertinya, harusnya sudah kembali ke pabrik eh malah masih asyik ngobrol di pujasera dekat pabrik.
Hari ini kebetulan saya harus melakukan factory audit ke supplier baru yang mengerjakan 'project baru' ditempat penulis bekerja. Saya sudah berpikir bakal ngobrol panjang lebar soal Liverpool nih sama Pak Tanabalan Karrupiah, advisor asal Malaysia yang kelurganya tinggal di Johor Baru, Malaysia.
Kebetulan juga WA nya bergambar logo Liverpool, ditambah ternyata beliau itu sudah lama di Indonesia. Melalanglang buana sejak lepas support SONY tahun 2002-an, berlanjut ke Karawang, lalu terbang ke Inggris, Armsterdam, Brazil, Jepang hingga akhirnya melanjutkan karirnya dibidang injection di Indonesia.
"Sejak kapan Pak Wefi suka Liverpool," tanyanya sembari makan bubur ketan hitam yang dipesannya
"Sejak Tragedi Heysel 1985 pas final Piala Champions antara Liverpool vs Juventus," jawabku yang kebetulan memesan nasi goreng.
"Kalau saya suka Liverpool karena ayah saya," ungkapnya saat saya menanyakan balik hal yang sama kepada pria yang kini berusia 49 tahun tersebut.
Lalu kita pun mulai terlibat dalam omongan seru tentang Liverpool, kombinasi bahasa Inggris , Indonesia dan Malaysia yang sering terucap membuat suasana makin renyah pastinya.
"Mo Salah itu sombong, tapi sombongnya di padang (istilah untuk lapangan hijau) dan memang sudah tugas dia untuk mencetak gol," terangnya soal Salah.
"Mane itu rendah hati mau bantu bersihkan masjid dan buat orang Senegal suka Liverpool,"lanjutnya soal peran pemain Liverpool.
"Tren Arnold , Robertson dan WIjnaldum itu kerja kuat. Mereka kasih power yang besar untuk Liverpool," jelasnya
"Sedang Southgate (pelatih Inggris) sedang tepikan pemain Liverpool karena pilih pemain City dan Hotspur saja,"lanjutnya soal nasib pemain Liverpool di TImnas Inggris.