Tidak terasa sudah jelang sebulan Luis Milla berada di Indonesia,kehadirannya untuk membesut Timnas Indonesia Senior dan U-22 dengan target juara dengan durasi kontrak dua tahun.Target dari PSSI pun tidak main-main yakni juara Sea Games 2017 Malaysia dan tentunya membentuk Timnas yang kompetitif dikawasan ASEAN sehingga mampu berprestasi dikancah internasional dengan puncaknya apalagi kalau bukan semifinalis Asian Games 2018 Indonesia.
Proses adaptasi menjadi sorotan penulis paska penunjukan Luis Milla oleh PSSI,jika sukses alias cepat beradaptasi maka Milla berpotensi menghadirkan kesuksesan sebagaimana yang dilakukan Antony Polosin 24 tahun silam.Datang dengan track record membawa Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 edisi 2011 membuat namanya dianggap mampu berbuat sama di Timnas Indonesia,sedang bagi penulis kegagalannya di liga qatar menjadikan sosok Milla memang harus mampu beradaptasi cepat dengan kultur dan budaya sepakbola Indonesia.Â
"Saya sangat bahagia tinggal di sini," ujar Luis Milla. Menurut pelatih berusia 50 tahun itu hanya ada satu hal yang tidak disukainya di Indonesia, yaitu macet
Makanya disetiap pemberitaan Timnas di salah satu TV Swasta saat berita olahraga,Milla selalu menekankan akan progressnya dalam mengenal lebih dalam karakter pemain dan cara bermain mereka.Setelah mendapatkannya baru dia akan menyesuaikan dengan pola permainan ala dirinya,walau tidak secara spesifik akan dibawa kemana pola mainnya nanti.Tiki Taka identik dengan Timnas Spanyol dan klub Barcelona FC sehingga perlu waktu jika ingin dimainkan untuk Timnas Indonesia U-22.
Dan bagi penulis,syarat awal adaptasi ya harus betah dulu di Indonesia.Luis Milla pun mencoba melakukan hal tersebut walau harus diakui masih kurang sreg dengan kemacetan yang memang menjadi pemandangan sehari-hari warga terutama di Jakarta dan sekitarnya (termasuk jalur yang harus dilaluinya menuju lapangan SBH Lippo Karawaci, Tangerang).Yang membuat eks pemain Barcelona dan Real Madrid adalah makanan yang bernama Sop Buntut.
"Kalau Milla datang ke Kantor PSSI, kami pasti menyediakan sop buntut," Direktur Hubungan Internasional dan media PSSI, Hanif Thamrin.
Siapa sih yang tidak suka dengan Sop Buntut?penulis pun termasuk penggemar kuliner tersebut (hati-hati kolesterol,mas wefi! Ujar temanku kala itu).Dagingnya yang empuk plus guyuran sop yang panas dan segar membuat sajian yang satu begitu nikmat untuk dicicipi,jadi ndak salah lah kalau Luis Milla begitu suka akan kuliner yang satu ini sehingga mau tidak mau PSSI selalu menyediakan sop buntut jika sang pelatih asal Spanyol tersebut datang ke kantornya.
Jika soal makanan sudah beres tentunya gampang bagi Luis Milla untuk menambah kemampuan adaptasi dengan budaya Indonesia, apalagi kalau bukan belajar bahasa Indonesia.Tentunya disela-sela urusan melatih, memberikan coaching clinic kepada pelatih Indonesia hingga kesibukan dengan keluarga,Luis Milla bisa intensif kursus bahasa Indonesia dengan badan yang ditunjuk oleh PSSI(ayo buktikan Luis Milla lebih bisa berbahasa Indonesia dibanding Riedl).
"Kalau ada waktu luang, Bayu memberikan Milla beberapa kosakata sederhana dalam Bahasa Indonesia yang biasa digunakan sehari-hari," lanjut Hanif soal sosok Bayu Putra yang menjadi penerjemah khusus untuk Milla.
Pelatnas Timnas sudah dimulai dan memasuki gelombang kedua,Luis Milla pun tentu sudah mendapatkan data-data pemain yang pantas mengikuti try out ke Spanyol hingga jelang tampil di Islamic Solidarity Games di Baku.Menu Sop buntut akan semakin menggairahkan Milla dalam melatih,mencari pemain terbaik Indonesia.
Good Luck Luis Milla!Â