(Aksi Bepe bersama Timnas / sumber : kompas.com)
Akhir pekan kemarin penulis melewatkan banyak momen penting mulai dari Copa America Centenario 2016, Piala Eropa 2016 hingga penunjukan Alfred Riedl untuk kembali menukangi Timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF Suzuki 2016 Myanmar dan Filipina. Ingin fokus bersama keluarga tercinta dikampung halaman, Tegal serta suasana Ramadhan 1437 H dikampung halaman membuat penulis ingin fokus dan OFF LINE dulu dari dunia online termasuk Kompasiana.
Artikel yang diangkat diminggu kedua puasa Ramadhan adalah pandangan seorang eks striker Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas alias BePe soal penunjukan Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas. Serta juga pandangan penulis tentang sosok manajer 66 tahun asal Austria yang menukangi Timnas Indonesia untuk ketiga kalinya sejaka di Piala AFF 2010, 2014 dan kini 2016. Apalagi situasi sama kembali dihadapi sang pelatih dan selalu terjadi diera PSSI dalam satu dekade terakhir apa itu ? apalagi kalau bukan MINIMNYA PERSIAPAN.
“Untuk Timnas, saya pikir semua harus mendukung. Saya berdoa Riedl bisa membawa Timnas meraih prestasi yang baik,” ujar BePe diplomatis (sumber : harian top skor).
Sayang memang striker yang kini memperkuat Persija Jakarta tidak terlalu mengkritisi sosok yang pernah menanganinya di Piala AFF Suzuki 2010 silam. Atau bisa jadi BePe masih larut dalam suka cita kemenangan Persija Jakarta atas PS TNI dalam lanjutan Torabika Soccer Championship 2016 atau karena memang ingin membangun iklim positif ditengah pertanyaan publik sepakbola nasional atas penunjukan kembali Riedl.
Wah sia-sia dong usaha tim exspert panels yang beranggotakan lima mantan pelatih Timnas serta klub yang bertugas menggodok nama-nama pelatih lokal yang pantas menukangi Timnas di Piala AFF Suzuki 2016 dengan masa persiapan sekitar 4-5 bulan tersebut. Nama Nil Maizar dan Rahmad Darmawan sempat muncul kepermukaan namun Exco PSSI serta jajaran teras PSSI sepakat untuk kembali menunjuk Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Dalam pandangan penulis Alfred Riedl kehilangan sisi kompetitif sebagai pelatih ataupun manajer sebuah klub apalagi Timnas sejak 2011 paska menukangi Timnas Indonesia di Piala AFF 2010, manajer dengan 4 caps bersama Timnas Austria hanya menjadi Direktur Teknik Laos serta Kepala pengembangan usia muda Vise sebelum kembali menjadi pelatih Timnas untuk Piala AFF 2014. Kegagalan lolos dari grup B mengindikasikan hilangnya sentuhan Riedl.
Sempat menukangi klub PSM Makasar dikompetisi ISL namun apa daya kiprahnya tak berlangsung lama hingga setelah itu menganggur untuk waktu lama sebelum akhirnya PSSI mengumumkan dirinya sebagai pelatih Timnas untuk Piala AFF 2016 di Myanmar dan Filipinan. Sisi kompetitif itulah yang menjadi fokus penulis ditambah dengan track record yang kurang mumpuni selama membesut Timnas walau sukses di Piala AFF 2010 namun perlu dicatat Timnas kala itu main dikandang dan terbukti saat difinal kontra Malaysia apapun yang terjadi distadion Bukit Jalil , Timnas Indonesia tak berdaya.
Berikut tracl record Alfred Riedl selama menukangi Timnas Indonesia :
1. Periode 1 (Maret 2010 – Juli 2011) : Ujicoba (6-5-0-1), PPA 2015 (2-0-0-2) dan Piala AFF 2010 (7-6-0-1) dengan rasio kemenangan dilaga kompetitif 67 persen.
2. Periode 2 (Desember 2013 – Desember 2014) : Ujicoba (12-8-2-3), PPD 2014 (1-0-0-1) dan Piala AFF 2014 (3-1-1-1) dengan rasio kemenangan dilaga resmi 25 persen.
Semoga saja Alfred Riedl ditengah ketidakyakinan penulis akan kapasitas karena sudah lama menganggur sehingga berpotensi kehilangan sentuhan dalam melatih pemain Timnas nantinya, bisa membuktikan dirinya sebagai pelatih yang sukses membawa Timnas Indonesia mencetak sejarah dengan menjadi juara Piala AFF Suzuki untuk pertama kalinya. Atau mencapai target yang diinginkan pelatih asala Austria tersebut, lolos ke Final untuk kedua kalinya kala bersama Timnas Indonesia.