Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hingga 2021, Awal Ramadhan Berpotensi Sama

5 Juni 2016   21:15 Diperbarui: 5 Juni 2016   21:23 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara garis besar umat Islam di Indonesia terbagi dalam dua metodologi dalam menentukan awal mulanya puasa Ramadhan yakni menggunakan metode sistem hisab dan sistem rukyah bil fi’li. Sistem hisab didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi sedangkan sistem rukyah bil fi’li dilakukan dengan melihat hilal (bulan sabit) dengan mata telanjang saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan qamariyah.

Pemerintah sendiri sebagaimana yang penulis ketahui bertindak sebagai penengah dalam memutuskan awal Ramadhan setiap tahunnya. Dalam penentuan pun menggunakan rukyah bil fi’li dengan kriteria dua derajat.

“Kriteria ahli rukyat sekarang sudah lebih rendah, minimal dua derajat,” ungkap Tubagus Hadi Sutiksna yang juga Pakar ilmu falak dan dosen ilmu falak Universitas Islam Bandung (UNISBA).

“Secara matematis atau hisab, sampai 2021 Insya Allah kita akan bareng,” lanjut Hadi usai seminar ilmu falak di Unisba (31/5) sebagaimana dirilis harian Republika.

Muhammadiyah sendiri telah terlebih dahulu mengeluarkan maklumat tentang penetapan hasil hisab Ramadha, Syawal dan Dzulhijjah 1437 H yang jatuh pada 6 Juni, 6 Juli serta 12 September. Dan pemerintah melalui Menteri Agama berdasarkan hasil siding isbat di Kemenag telah memutuskan awal Ramadhan adalah 6 Juni. Dan alhamdulillah tahun ini awal puasa antara ormas Muhammadiyah dan NU pun sama merujuk kepada keputusan pemerintah.

Perbedaan yang terjadi dalam hal penentuan awal Ramadhan merupakan masalah khilafiyah dan ijtihadiyah sehingga sia-sia dalam pandangan penulis jika kita mau memaksakan satu pendapat saja tanpa yang lain. Yang penting adalah bagaimana kita bisa melihat dan mensikapi perbedaan secara dewasa. Mampu menghormati pendapat dan keyakinan orang lain tanpa memutuskan tali silaturahmi dan ukhuwah yang selama ini terjalin.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1437 H untuk rekan Kompasioner, semoga puasa Ramadhan kali menjadi puasa yang terbaik untuk kita dalam menjadi mukmin yang sejati.

Salam Kompasiana,
Wefi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun