Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rencana PK Kemenpora, Rekor Sanksi Brunei hingga Kisah 1001 Malam

8 Maret 2016   13:19 Diperbarui: 8 Maret 2016   13:51 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keputusan telah diketuk dimana MA akhirnya menolak Kasasi Kemenpora RI atas keputusan PTUN soal sanksi administratif bagi PSSI oleh Kemenpora. Dan untuk sementara Pengurus PSSI unggul head to head 3-0, tapi .. jangan senang dulu karena Menpora mempertimbangkan kemungkinan mengajukan  PK (Peninjauan Kembali) atas keputusan MA tersebut. Yang artinya kalau itu sampai dilakukan juga maka dibutuhkan waktu hingga 180 hari kedepan melihat jalan lapang sesungguhnya untuk bal-balan negeri ini.

“Kami masih mempertimbangkan melakukan PK atau tidak, kami akan pelajari dulu aspek-aspek yang mempertimbangkan kenapa kok ini yang menang, ini yang kalah. Percayalah kami akan tetap menghormati proses hukum yang ada,” ungkap Juru bicara Kemenpora, Gatot S Dewa Broto.

Sebagaimana yang penulis baca soal PK yang termaktub dalam UU No. 5 tahun 2004 soal MA pasal 67 dan 69 (yang merupakan perubahan dari UU No. 14 tahun 1985) ada enam perkara yang dibisadiajukan PK yakni bila ada kebohongan, ada bukti bersifat menentukan, putusan berlebihan, putusan tidak lengkap, putusan bertentangan dan hakim yang khilaf. Bisa jadi pihak Kemenpora akan mencoba mempelajari lebih mendalam soal tersebut.

Dan jika PK  diajukan oleh pihak kemenpora maka jalan penyelesaian bisa menjadi berkepanjangan (walau Presiden Joko Widod dalam sebuah wawancara pernah menyiratkan pertengah 2016 harus selesai soal PSSI).  Dan akankah sanksi Indonesia dari FIFA akan menjadi rekor baru dalam sejarah sanksi FIFA semua tergantung dari Kemenpora RI sendiri serta tentunya Pengurus PSSI. Dalam catatan Federasi sepakbola yang pernah disanksi FIFA memang beraneka ragam warnanya (seperi bunga tapi bunga yang ini pahit tentunya).

Dan berikut daftar negara dengan durasi sanksi FIFA yang pernah diterima (termasuk penulis masukkan Indonesia yang sudah memasuki bulan kesembilan sanski) :
1. Brunei Darussalam – 20 bulan (September 2009 hingga Mei 2011)
2. Ethiopia – 10 bulan (Januari 2008 hingga November 2008)
3. Indonesia – 9 + x bulan (30 Mei 2015 hingga ??)
4. Kenya – 6 bulan (November 2006 hingga 2007)
5. Irak – 4 bulan (November 2009 hingga Maret 2010)
6. Madagaskar – 2 bulan (19 Maret 2008 hingga 19 Mei 2008)
7. Peru – 1 bulan (November 2008 hingga Desember 2008)
8. Kuwait – 1 bulan (Oktober 2007 hingga November 2007)
9. Iran – 1 bulan (November 2006 hingga Desember 2006)
10. Nigeria – dua kali sanksi durasi 4 hari dan 10 hari (9 Juli – 19 Juli 2014)
11. Yunani – 3 hari (3 Juli 2006 hingga 7 Juli 2006).

Rekor sanksi FIFA terlama sejauh ini masih dipegang oleh Brunei Darussalam (semoga saja bapak-bapak disana tidak bangga memegang rekor sanksi terlama nantinya). Sebagaimana yang kita ketahui Brunei Darussalam dicabut keanggotaannya dari FIFA pada September 2009 akibat tindakan pemerintah yang membubarkan Federasi Sepakbola Brunei, BAFA, dan membentuk kepengurusan baru, FABD pada 2008. Setelah dibentuk komite normalisasi, akhirnya terbentuk federasi baru , NFABD. FIFA kemudian menyetujui pembentukan federasi tersebut dan resmi mencabut sanksi untuk Brunei pada Mei 2011.

Yang mirip dengan Indonesia .. ya sanksi FIFA ke Madagaskar namun akhirnya dicabut FIFA setelah FMF (‘PSSI’-nya Madagaskar) ditolak pembubarannya oleh Mahkamah Agung (MA) setempat. Intervensi dilakukan karena pemerintah menganggap pemilihan kepengurusan FMF tidak demokratis sehingga memutuskan membubarkan FMF.

Lalu hubungannya PK Menpora, Rekor Sanksi Brunei dengan kisah 1001 malam. Ini hanya analogi penulis saja sekaligus sedikit menyentil kesadaran bapak-bapak di PSSI dan Menpora RI, masa sich sanksi Indonesia mau seperti Brunei atau malah ingin menyamai apa yang dilakukan oleh Ratu Scheherazade  dalam Kisah 1001 malam yang sangat terkenal tersebut.

Kisah 1001 Malam merupakan karya sastra dari abad pertengah yang mengisahkan tentang Ratu Sassanid yakni Scheherazade yang menghadapi hukuman mati dari sang suami, Raja Shahryar. Rangkaian kisah-kisah menarik diceritakan oleh Scheherazade kepada sang raja setiap malam dan selalu mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan dan menggantung. Sehingga sang Raja selalu ingin tahu akhir dari ceritanya dan menangguhkan perintah hukuman mati kepada sang isteri.    

Kisah 1001 malam sebenarnya pas bila dihubungkan dengan konflik yang terjadi antara PSSI dan Menpora RI. Yang membedakan hanyalah subyek yang menangguhkan, dimana di Dongeng 1001 Malam sang Raja Shahryar yang menangguhkan hukuman mati kepada isterinya sedangkan dalam pembekuan PSSI , Menpora RI ‘keukeuh’ mempertahankan pembekuan PSSI walau pengadilan mengatakan lain. Sedangkan PSSI seperti halnya Ratu Scheherazade berusaha mempertahankan status quo-nya.

http://m.kompasiana.com/wefi/kisah-1001-malam-jusuf-kalla-dan-akhir-konflik-pssi-menpora_56a1c6ee6d7a616707e508ed 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun