“Di 2016 mendatang, kami berharap seluruh pihak meletakkan ego untuk bersama-sama mencari solusi. Tidak hanya klub, pemain dan pelaku sepakbola harus diselamatkan, karena mencari makan disini,” ungkap Fahmi Fachroni, Manajer Persatu Tuban. (sumber : harian Top Skor).
Klimaks 2016 : Dicabut Sanksi atau Dipecat FIFA
Kini harapan sepakbola nasional ada dipundak Pengurus PSSI dan Pemerintah (Kemenpora), mau seperti apa Sepakbola Republik Indonesia tergantung cara pandang dan pendekatan yang diambil. Komite Ad Hoc bentukan FIFA memang masih minus kehadiran Pemerintah dan wakil APPI sedangkan Pemerintah yakni Kemenpora tetap keukeuh dengan Tim Kecil bentukan mereka sendiri yang akan bertugas di Januari 2016.
Jika pendekatan mereka tidak menghasilkan progress yang diharapkan oleh FIFA maka hal tersebut akan menjadi catatan tersendiri bagi FIFA dan kemungkinan akan dibawa KLB FIFA bulan Februari 2016 mendatang. Jika itu yang terjadi hanya ada dua kemungkinan yang ada yakni Dicabutnya sanksi atau Dipecat dari keanggotaan oleh FIFA, karena ada dua negara yakni Kuwait dan Indonesia yang kini sedang menanti final judgment dari FIFA.
Jika hanya itu pilihan yang terjadi wajar jika rapor merah sepakbola Indonesia dimana ranking FIFA terjun bebas ke 179 FIFA akan membuat gerah dan resah di 2016, bukan saja bagi pelaku sepakbola lokal maupun yang bermain diluar negeri. Kuncinya hanya ada di Pengurus PSSI yang memainkan strategi CATTENACIO atau Menpora RI dengan TOTAL FOOTBALL tetapi minim finishing walau ball possession –nya luar biasa.
Sayang memang di 2015 ini .. Sepakbola INDONESIA masih MISKIN PRESTASI namun PENUH POLITISASI.