Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Mudasiana] Jangan Takut untuk Punya Mimpi

28 Oktober 2015   15:41 Diperbarui: 29 Oktober 2015   22:52 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JADI LOPER KORAN

Sejak SMP hingga SMA kelas 2 di SMPN 85 dan SMAN 34 Jakarta Selatan, penulis memanfaatkan waktu pagi dari jam 6 hingga jam 10 untuk jualan koran di kantor POS depan RS. Fatmawati. Sebuah masa untuk belajar mandiri dan mulai stabil dalam urusan merasakan beratnya mengumpulkan uang sebagaimana yang ayah dan ibu lakukan untuk mensukseskan sekolah anak-anaknya.

Waktu SD sebelum menjadi loper koran, penulis berjualan kopi hingga kupon porkas (SDSB) di pom bensin Pondok Labu setiap ba’da maghrib. Sebuah kenangan saat berjumpa Om Bob Tutupoli hingga bertemu dengan artis Srimulat saat mereka mengisi bensin dan memborong 100 kupon porkas yang kujual.

KALAU TIDAK NEGERI TIDAK MAU KULIAH

Kelas 3 SMA, penulis memutuskan untuk tidak menjadi loper koran dan menyerahkan kios koran kepada teman penulis (terakhir ke kantor pos tahun 2000 masih ada sich). Ujian EBTA/EBTANAS yang menentukan kelulusan dari SMA serta niat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi pun sudah ditetapkan dalam hati.

“Saya mau kuliah kalau negeri saja pak, kalau swasta saya memilih tidak usah kuliah,” kata penulis kepada ayah dan ibu dipertengah saat kelas 3 SMAN 34 Jakarta.

RANKING 47 NYARIS BUYARKAN MIMPI

Menembus kelas A1 (FISIKA) dikelas 2  menjadi target penulis demi meluluskan langkah menuju ke jurusan teknik saat kuliah nanti. Ternyata oh ternyata berat sekali melakoni pelajaran di kelas A1 itu, saingannya pintar-pintar walau penulis sudah belajar keras tetap saja nilai yang diraih khususnya dimata pelajaran bahasa Inggris selalu Dji-Sam-Soe alias kalau ndak 2 ya 3 ya 4.

Kondisi yang membuat penulis hampir mundur untuk tidak melanjutkan sekolah tinggi ke Teknik UI waktu itu melalui SIPENMARU, apalagi kalau bukan nilai jeblok dan hanya bertengger di ranking ke-47 dari 48 siswa dikelas 3 SMA. Sehingga penulis memutuskan untuk ikut ujian di Politeknik UI Depok dan alhamdulillah bisa diterima posisi ke-7. Alhamdulillah Ayah-Ibu, akhirnya anakmu bisa kuliah di perguruan tinggi negeri.

TITIK BALIK BAHASA INGGRIS dan PIMNAS 2007

Menjadi mahasiswa sedikit banyak membuka pandangan penulis dengan aktif di Senat Mahasiswa dan fokus di masalaha yang berkaitan dengan mahasiswa. Akhirnya program DKM (Dana Kegiatan Mahasiswa) pun menjadi proyek pertama dengan target memberi bantuan kepada mahasiswa dari dana yang dikumpulkan dari alumni maupun dari mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun