Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tahiti, Timnas Multiprofesi Itu Masih Lebih Baik dari Juara Eropa, Yunani

21 Juni 2013   10:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 3519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371783836367242651

(pemain Tahiti melakukan perayaan sebagai Juara Piala OCF 2012 / www.fifa.com)

Salam Olahraga,

Teringat saya dengan artikel saya sebelumnya (27/03) “Wow inilah Timnas dengan para pemainnya yang multi profesi”itulah Timnas San Marino negeri kecil dekat dengan Italia dan masyarakatnya pun banyak yang keturunan Italia hanya saying prestasi sepakbolanya masih kalah dibandingkan Italia.Termasuk pernah dibantai Jerman 13-0 saat kualifikasi Piala Eropa (06/09/2006).

Hal yang sama tercermin pada salah satu kontestan Piala Konfederasi 2013, Tahiti. Sebagai Negara kecil dikawasan Oceania mereka bukanlah termasuk Negara kuat dalam kancah sepakbola di Oceania tetapi dengan peringkar 138 FIFA menandakan Tahiti memiliki sesuatu untuk berprestasi termasuk kala mengalahkan Kaledonia Baru dalam Final OCF 2012 sekaligus membawa mereka tampil di Piala Konfederasi sambil memendam harap bertemu dengan Spanyol.

Yach Spanyol dan Barcelona menjadi magnet bagi para pemain Timnas Tahiti, kedua tim tersebut merupakan idola para pemain Tahiti, hal yang hampir sama saat pemain Timnas Indonesia terpesona denga Diego Maradona di Piala Dunia Yunior 1979.

Saking mengidolakan “La Furia Roja dan Barcelona” , Nicolas Vallar tak sabar untuk segera bertanding melawan Spanyol sedang pencetak gol kala kontra Nigeria, Jonathan Tehau yang mengakui kalau dirinya begitu tergila-gla dengan Barcelona.

Kualitas yang berbeda bagai langit dan bumi pun terhampar di Stadion Maracana tadi malam, dan sesuai perkiraan banyak pihak akhirnya “La Furia Roja” julukan Timnas Spanyol mampu mencukur Tahiti dengan skor 10-0 (4-0) dan Fernando Torres mencetak quatrick sekaligs mencatatkan namanya sejajar dengan Romarion Fario dan Coutamach Blanco sebagai pecetak 4 gol dalam satu pertandingan di Piala Konfederasi. Skor 10-0 sekaligus menjadi rekor kemenangan dan kekalahan sepanjang gelaran Piala Konfederasi.

Apapun yang terjadi, yang diperlihatkan oleh Tahiti menyadarkan semua pihak tidak ada yang tidak mungkin untuk bermimpi dalam sepakbola,walaupun Tahiti hanya membawa 22 pemain amatir dan satu pemain professional mereka tetap semangat dalam melakoni parta grup B melawan tim kuat macam Nigeria dan Spanyol.

Timnas Tahiti memang bukan kumpulan pemain professional sepakbola yang hidupnya dari sepakbola, sama seperti San Marino mereka terdiri dari beberapa jenis pekerjaan tetapi hampir sebagian pemain Tahiti adalah pengangguran, termasuk sang kapten Nicolas Vallar, sedangkan pencetak gol Tahiti saat lawan Nigeran Jonathan Tehau merupakan kurir minuman ringan.Sedang pemain professional di Timnas Tahiti hanya Marama Vahirua yang bermain di Pantrakikos (Yunani).

Tetapi dalam pandangan saya terlepas dari kekalahan besar yang diderita dari Spanyol (0-10) dan Nigeria (1-6), Tahiti masih lebih baik dari Juara Eropa 2004, Yunani serta Irak dan Kanada. Lho kok? Yach Tahiti masih lebih baik dari tiga tim diatas karena mereka mampu mencetak gol ke kandang lawan dibanding dengan ketiga tim tadi. Artinya Tahiti masih memiliki kebanggan karena mampu mencetak gol.

Bagi mereka mencetak gol ke gawang lawan hampir sama artinya dengan sebuah kemenangan,sesuatu yang gagal mereka lakukan ke gawang Pepe Reina semalam.

“Jika kami mampu mencetak gol, tak peduli siapapun yang mencetaknya, maka kami akan merayakannya seperti memenangi kompetisi,” ungkap pemain Tahiti, Marama Vahirua.

Selain dukungan penuh pun diperlihatkan oleh Presiden Tahiti, yang sampai rela menunda sidang kabinet hanya karena ingin menyaksikan pertandingan Tahiti melawan Nigeria, dukungan yang membuat pelatih Tahiti Eddy Etaeta dan seluruh punggawa Tahiti merasa diperhatikan dan mereka tidak berjuang sendiri.

Apapun itu selamat untuk semangat dan keinginan untuk menikmati setiap pertandingan di Piala Konfederasi para pemain Punggawa, dengan background kalian yang pemain amatir dan berasal dari berbagai jenis profesi termasuk pengangguran. Kalian ternyata lebih baik dibanding juara Piala Eropa , YUNANI yang tidak mampu mencetak gol di Piala Konfederasi 2005.

Sesuatu yang patut dicontoh tentang kebanggaan membela Negara serta menikmati setiap pertandingan yang dilakoni.

Salam Olahraga, Wefi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun