"Saatnya keluar dari zona nyaman, Pak Wef,” ungkap seorang customer ku saat dia memutuskan mengundurkan diri dari pabrik tempat dia bekerja.
“Sudah jenun pak Wef, dan kini mendapat tawaran yang lebih bagus,” ujar temanku yang kebetulan yang bekerja dipabrik juga.
Ada juga yang tidak seberuntung mereka, yang lebih mengedepankan emosi sehingga keluar dari tempat mereka bekerja karena yakin dengan bisnis yang dijalaninya sehingga segera mengundurkan diri atau malah ada yang memilih dipecat dari tempatnya bekerja dengan melakukan sesuatu yang melanggar aturan perusahaan.
“Bisnis gue gagal Wef, sekarang mencoba merintis lagi tapi memang perlu waktu,” ujar temanku yang kini memilih pulkam dan memulai bisnis disana.
Dan masih banyak lagi cerita yang penulis dapatkan baik dari teman langsung maupun dari obrolan dengan teman sekerja di pabrik atau dengan tetangga rumah. Ada satu benang lurus yang coba penulis ambil dari sebagian cerita kisah yang mengundurkan diri, PHK ataupun diputus kontrak. Apa itu ? ternyata ada satu kegiatan yang dilakukan segelintir dari mereka yakni aktivitas ‘TERNAK TERI’.
“Sekarang aktivitas saya ‘TERNAK TERI’, mas Wef,” ungkap temanku sembari menjelaskan maksud ‘TERNAK TERI tersebut.
Aktivitas ‘TERNAK TERI’ disini bukan arti harfiahnya melakukan bisnis beternak ikan teri tapi TERNAK TERI disini merupakan singkatan dari “anTER aNAK dan anTER Isteri’, yach itu sebagian aktivitas yang dilakukan sebelum melakukan aktivitas yang lainnya. Memang waktu lebih banyak untuk keluarga sesuatu yang mungkin tidak bisa dilakukan saat bekerja dipabrik yang lebih sering seminggu pun full bekerja.
“Ada hikmah memang dari setiap langkah yang kita ambil , ada suka dan duka tetapi semuanya membuat kita kuat walau awalnya sangat berat bagi keluarga,” jelas temanku selepas dimengundurkan diri dan usahanya cenderung tidak menghasilkan.
“Dan ‘TERNAK TERI’ menjadi semacam aktivitas untuk sejenak merecharge pikiran dalam mencari jalan lainnya,” lanjut temanku.
Dan penulis pun tetap salut dengan usaha teman ane tersebut tetap mampu mengambil hikmah dari setiap perjalanan yang dilaluinya.
Salam Kompasiana,
Wefi