“Yah, kenapa aku kok tidak bisa ngomong huluf “R” ?” tanya putriku kepadaku tentang ketidak mampuannya dalam mengucapkan huruf “R”
“Sabar yach Anisah, Insya Allah kamu akan segera bisa mengucapkan huruf “R”.” jawabku sambil mengelus pundaknya.
Anisah putriku, Alhamdulillah Allah SWT memberikanmu kesehatan dan kemudahan dalam menjalani masa kecilmu. Kekuranganmu dalam mengucapkan huruf “R” hanyalah ujian waktu bagi kami berdua untuk membantumu untuk bisa mengucapkan huruf R.
“Tenang saja, pak Wefi!” itu bukanlah sesuatu yang harus dirisaukan
“Yang penting Pak Wefi dan isteri telaten mengamati perkembangan putri Pak Wefi,” saran teman kerjaku di pabrik.
Alhamdulillah waktu berganti, dan Allah akhirnya menjawab doa dan usaha kami serta usaha putri kami dalam menyerap ilmu yang diajarkan dirumah dan di TK tempat putri kami menuntut ilmu. Jawabannya adalah Hafalan Asmaul Husna yang harus dihafal putriku sebagai bagian kurikulum yang ada di TK tempat putri saya sekolah.
“Ya Rahman .. Ya Rahiim .. Ya Malik .. dan seterusnya,” yang terus diucapkannya.
Terkadang saat tidurpun putri kami mengucapkannya sambil menggerakkan tangannya sebagaimana yang diajarkan Bu Guru di sekolahnya. Sesuatu yang membuat kami takut .. jangan-jangan putriku mengalami tekanan untuk bisa menghafal Asmaul Husna maupun surat pendek serta hadits-hadits yang harus dihafalkannya.
“Aku senang Yah dan Bu ..!” jawabnya kemarin saat kutanya putriku tentang sekolahnya.
“Aku lebih hebat dari Ayah, tuch ayah saja tidak urut Asmaul Husnanya .. Gimana sich Ayah .!” seru putriku yang mengkomplainku karena tidak urut mengucapkan Asmaul Husnanya sembari aku mengecup keningnya sebagai bentuk kasih sayang dan terima kasih pada putriku.
“Kan aku selalu berdoa kepada Allah yah, agar aku dimudahkan dalam hafalanku,” jawabnya