Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Berapa Sich Gaji yang Harus Diperoleh untuk Hidup Layak?

17 November 2014   20:37 Diperbarui: 4 April 2017   17:40 5177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_376025" align="aligncenter" width="603" caption="Ilustrasi gaji. (Shutterstock)"][/caption]

“Sebentar lagi BBM naik, tapi UMK belum ketahuan naik berapa,” ujar temanku.

“Tenang aja bro, tetap berpikir positif saja karena dunia belum ‘kiamat’ kalaupun BBM naiknya sampai Rp 13,000,” jawab temanku yang lain.

“Tidak bisa tenang bro, belum naik BBM saja semua harga sudah naik bagaimana ndak pening,” sahut temanku yang pertama.

Setiap tahun kenaikan harga BBM memang kerap menjadi isu utama di Republik ini dan setiap tahun pula kita berharap gaji yang kita terima atau pendapatan dari usaha yang kita jalankan terus meningkat atau bertambah. Sebabnya yach apalagi kalau bukan harga barang-barang di sekitar kita yang terus merangkak naik. Dan harus diakui bahwa selama ini pendapatan kita secara riil terus merosot gara-gara digerus angka inflasi yang tak kunjung henti.

Lalu pertanyaannya, memang berapa sich penghasilan atau pendapatan minimal yang harus diperoleh untuk bisa hidup secara layak (kalau UMP Bekasi Kota tahun 2014 rencananya Rp. 2,900,000), di tengah kepungan angka inflasi yang tak pernah kunjung berhenti menari? 5 juta per bulan? 15 juta? Atau 20 juta?

Jawabannya yuk kita sejenak luangkan waktu untuk dengan sungguh-sungguh menghitung berapa banyak kebutuhan hidup kita – demi meraih kehidupan yang penuh sejahtera nan bahagia… (wah kalau ini sudah mantap banget nich hidupnya), pertanyaannya apa dulu hidup layak? Punya mobil, punya rumah, dan segalanya hingga bisa tidur nyenyak serta tidak dikejar-kejar oleh Debt Collector. Kalau penulis sich simple mikirnya, punya mobil masih jauh dari impian yang penting tiap bulan bisa nabung, kirim ke orang tua plus bisa berbagi dengan orang lain.

Menghitungnya gampang saja, yakni dengan asumsi kita sudah berkeluarga dan memiliki dua anak (jika belum berkeluarga, angka yang muncul bisa menjadi barometer tentunya), check it out:

Biaya Kebutuhan Hidup Sehari-hari
Seperti makan (plus selingan makan bersama di mall, di restoran, dsb.), bayar listrik, PAM, uang keamanan, beli koran plus langganan internet, kebutuhan sehari-hari macam odol, sabun, rinso, lalu sumbangan kanan-kiri (termasuk undangan kawinan/sunatan). Kalau ini estimasinya bisa membutuhkan anggaran sampai Rp 4 juta-an tuch. (Kalau penulis kira-kira mencapai Rp 1 juta saja).

Biaya Pendidikan Anak
Wah kalau anak kita sekolah di sekolah bonafid macam Al-Azhar sudah kebayang tuch berapa anggaran yang harus dikeluarkan plus macam-macam kursus tentunya, maka dengan dua anak kita akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 2 juta/bulan untuk investasi masa depan ini. (Kalau penulis berhubung putriku masih TK yach di-setting anggaran Rp 500 ribu/bulan).

Biaya Transportasi dan Komunikasi
Dengan tarif tol yang naik dan kemacetan yang selalu menjadi menu harian yang berefek pemakaian BBM yang boros apalagi tidak ditanggung kantor untuk urusan BBM. Estimasi yang dikeluarkan plus telpon, bensin, tol hingga biaya parkir anggaplah Rp 2 juta untuk transportasi. (Kalau penulis berhubung menggunakan bis jemputan dan hanya memakai motor ke titik jemputan maka anggarannya Rp 300 ribu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun