Walau pengurus PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti sudah dibekukan oleh Kemenpora namun tidak membuat tim sinergi yang dibentuk PSSI berhenti untuk bekerja. Setelah merilis target 2046 Timnas Indonesia akan tampil dan berprestasi di Putaran Final Piala Dunia, kini tim sinergi bentukan PSSI telah merilis target lainnya yakni PSSI menjadi Organisasi terdepan/unggul di ASEA pada 2030 dan di Asia pada 2045.
Tim Adhoc Sinergi bentukan PSSI dipimpin oleh Joko Driyono, Ratu Tisha dan Syaifudin Alamsyah serta beranggotakan Suryo Pratomo, Tri Goestoro, Prof. Tjipta Lesmana, Fritz E. Simandjuntak, Ian Situmorang, Rahim Soekasah, M. Nigara, Togar M. Nero, Effendi Ghazali, Gusti Randa, Rudi Keltjes, dan Hinca Pandjaitan bertujuan menjalin hubungan serta komunikasi secara berkelanjutan dengan stakeholders (pemangku kepentingan) terkait dengan persepakbolaan di Indonesia.
Pertanyaannya adalah apa dan bagaimana progress yang dilakukan tim Ad Hoc Sinergi bentukan PSSI dalam kaitannya dengan kasus pembekuan pengurus PSSI oleh Kemenpora, bukankah tugasnya menjalin hubungan dan komunikasi dengan pemangku kepentingan sepakbola nasional ? Apalagi sudah menset up target 2045 , PSSI menjadi organisasi terdepan di kawasan Asia, WOW !
Dilaman resmi PSSI dijelaskan apa yang sudah dilakukan PSSI baik dalam kompetisi maupun pembinaan (versi Pengurus PSSI tentunya) serta arah perkembangan sepakbola nasional yang dikelola PSSI dimana pada tahun 2030 dan 2045 tersebut bukan saja PSSI sebagai organisasi yang unggul tetapi juga menjadi kompetisi sepakbola Indonesia terbaik di ASEAN (2030) dan di Asia (2045).
Berikut ini adalah berkas proposal tim Ad-Hoc Sinergis PSSI menuju organisasi Unggul
http://pssi.org/assets/collections/doc/original/553624b50d83c.pdf
Kita hargai apa yang dicetuskan tim Adhoc Sinergi PSSI tetapi lebih penting adalah bagaimana sekarang memperbaiki kondisi yang kini terjadi paska pembekuan Pengurus PSSI yang pastinya berefek kepada kinerja PSSI yang bertanggung jawab kepada Pengelolaan sepakbola di Republik ini. Dan sekedar pembanding, ada baiknya pengurus PSSI berkaca kepada MFF (Myanmar Football Federation) yang dipimpin Zaw Zaw dalam membawa sepakbola Myanmar lebih baik (karena bagaimanapun Myanmar dan Indonesia pernah menjadi MACAN ASIA).
Berikut kutipan wawancara Zaw Zaw dengan AFC Quartly Magazine terbitan bulan April 2015 tentang rencana yang akan dilakukannya bersama MFF ..
Bagaimana Anda mengatasi kekurangan sumber daya dan infrastruktur?
Kita perlu infrastruktur, karena tanpa infrastruktur yang kita tidak bisa menjadi tuan rumah event internasional. Kami menjadi tuan rumah AFC U-19 Championship dan kami berharap untuk menjadi tuan rumah lebih banyak acara dalam waktu dekat karena mereka dapat memberikan banyak manfaat, tidak hanya di sepakbola, tapi untuk yang lain seperti sektor pariwisata. Kami ingin mengembangkan kompetisi di provinsi-provinsi yang akan membantu mengembangkan ekonomi dengan memberikan penghasilan bagi masyarakat. Kami juga akan fokus pada terlibat dengan sektor pendidikan untuk mendapatkan lebih banyak anak yang terlibat dalam sepak bola terorganisir.
Apa langkah selanjutnya untuk sepak bola di Myanmar?
Kami ingin sepak bola di setiap sekolah, setiap provinsi. Kami ingin turnamen regional yang dimainkan di seluruh negeri dari akar rumput ke Liga Nasional Myanmar. Kami bekerja sama dengan federasi regional kami untuk melihat lebih banyak kompetisi, lebih pitches, dan lebih pelatih yang berkualitas. Pada tingkat akar rumput kami juga ingin melanjutkan dan meningkatkan program-program tanggung jawab sosial perusahaan kami seperti Football4Health. Hal ini sangat penting bahwa kita menjadi negara Asia pertama yang mengadopsi ini dan bekerja pada program kesadaran HIV / AIDS , Protect Goal.
#MenagihKonsepPerbaikanalaKEMENPORA
#MenagihPrestasiPengurusPSSI