Duh lagi-lagi ada seseorang yang membuang sampah gak bener alias nyeleneh di apartemen. Sudah berkali-kali pemandangan ini saya lihat di dekat tempat sampah apartemen kami, bahkan dari petugas apartemen pun sudah ada peringatan keras dengan ditempelnya kertas bertulis tinta merah tebal pada sampah itu, yang berisi untuk memilah milah sesuai dengan kategorinya, dan sampah ini harus segera diambil oleh siempunya untuk dibenahi. Sayangnya, karena kita tidak tahu siapa yang menaruh sampah `gak bener` itu, jadi cukup menyulitkan untuk ditelusuri, walaupun ada kamera yang dipasang tapi kok seperti gak bisa mengungkap pelakunya, jadinya yah akhir-akhinya para petugas apartemen lah yang `turun tangan` untuk memilah-milah gomi (sampah)yang dibuang oleh orang yang tidak beradab itu! Merepotkan! Dan orang seperti ini adalah makhluk dengan spesies super langka di sini. Ya, saya salah satunya yang paling geram kalau ada orang yang cuek mencampur adukkan semua sampah jadi satu, dan dengan lenggang kangkungnya membiarkan para petugas apartemen kerepotan karena nantinya petugas truk pengambil sampah akan `emoh` untuk mengangkut sampah untuk di bawa ke tempat pembuangan sampah pusat, yang mengakibatkan sampah `gak bener` itu akan menumpuk dan menjadi pemandangan yang tak sedap. Pemerintah Jepang memang cukup keras mengatur tata cara pembuangan sampah masyarakatnya, tapi coba lihat hasilnya? Sampah bungkus permen banyak berserakan ditaman kah? Bungkus dan puntung rokok betebaran di jalan kah? Kalau berbicara tentang peraturan yang berakhir dengan denda, mungkin sudah tidak heran ya kalau semua akan mentaatinya karena terpaksa, tapi gimana kalau mentaati karena kesadaran sendiri? Oh ini yang bikin mulut saya berdecak kagum tiada henti. Sebagai contoh terdekat saya adalah anak-anak kecil dilingkungan apartemen, ketika mereka membawa makanan ke luar rumah untuk dimakan bersama kawan-kawannya, coba deh tebak `oleh-oleh` apa yang kita dapat ketika mereka pulang kerumah? Tak lain dan tak bukan adalah sampah permen dan kue yang dikuwel-kuwel didalem kantong celana!! Heran ya? Kenapa bisa begitu? Ya, karena sedari kecil mereka tidak bisa cuek untuk membuang sampah sembarangan, anak-anak kecil yang sudah didoktrin dan sudah nempel di dalam kepala mereka kalau membuang sampah sembarangan itu ZETTAI DAME! (pokoknya tidak boleh!). Dan siapa yang memberi tahu tentang itu?? Bukan hanya tugas orang tua saja loh sebagai lingkungan terdekat si anak, tapi pihak sekolah bahkan masyarakat sekitarnya pun ga tinggal diam kalau sudah menyangkut masalah persampahan. Anak-anak kecil ini bukan saja takut dimarahi orang dewasa ketika ketahuan membuang sampah sembarangan, tapi MALU, ya sangat malu terhadap teman-temannya sendiri. Itulah yang saya salut dengan sikap masyarakat disini, takut kepada sanksi dari masyarakat lebih besar daripada sanksi hukum yang ada! Dan rasa itu sudah ada dan tertanam sejak masih pada usia belia loh! Ingatan saya jadi melayang ketika baru pindah ke Jepang, gimana keder-nya saya harus repot memilah-milah sampah rumah tangga di rumah. Dengan panduan selebaran yang berisi tata cara pembuangan sampah yang bisa di ambil di Shiyakusho (city hall) di kota saya, akhirnya saya pun jadi terbiasa dan sudah fasih tinggal cemplang cemplung memasukkan gomi (sampah) kedalam tempat sampah yang saya sudah tempeli sticker keterangan agar anak-anak saya pun bisa belajar dan tidak cerewet untuk tanya-tanya, “mamaaa ini sampah dimasukin ke plastik yang manaaa??” hehehe karena pusing juga tiap menit denger lengkingan Mariah Carey membahana di rumah :D Setiap wilayah di Jepang memang mempunyai aturan membuang sampah yang berbeda-beda, untuk daerah tempat tinggal saya, kategori sampah di bagi menjadi 3, yaitu : 1. Moyaseru Gomi (sampah yang bisa di bakar) Misalnya ; sampah makanan, kertas, tissue, rokok, taneman dan kayu, dll. Sampah yang dibungkus dengan garbage bag yang bisa kita beli di supermarket terdekat, seharga kurang lebih 150 yen untuk 10 lembar. Sampah ini dikumpulkan 3 kali dalam seminggu, Senin, Rabu dan Jum`at. Sampah akan diangkut oleh truk sampah kebersihan kota sekitar jam 8.30 pagi! Jadi bapak-bapak disini sudah pasrah kalau kebagian tugas buang gomi (sampah) karena sekalian berangkat kerja :D 2. Moenai Gomi (Sampah yang tidak bisa dibakar) a) Bahan Plastik Misalnya : kantong plastik, mainan plastik, bungkus plastik, dll. Sampah ini dikumpulkan setiap hari Selasa dan cara bungkusnya dengan kantong plastik warna apa saja kecuali warna hitam. b) Bahan beling/pecah belah Misalnya : piring, gelas, kaca, dan lampu yang pecah. Sampah ini dikumpulkan sebulan sekali dan dibungkus di dalam plastik bening. 3. Shigen Gomi (sampah yang bisa didaur ulang) a) Bahan Kertas dan Pakaian Misalnya : sampah Koran, baju bekas dan kardus susu. Masing-masing itu kita ikat dengan tali dengan rapi, khusus untuk kardus susu (1liter) harus dicuci bersih dan digunting jadi melebar lalu di tumpuk dan diikat dengan tali. Sampah-sampah ini akan numpuk di tempat sampah seminggu sekali karena memang dikumpulkan pada hari Kamis saja. b) Bahan kaleng dan botol plastic Misalnya : kaleng susu, kaleng minuman, botol plastic minuman, dll Sampah ini pun kita cuci bersih dulu, lalu kita masukkan dalam kantong plastic bening. Fiuuuh, pening ya kepala lihat rule-nya, dan sudah segitu saja kah? Tentu saja tidak! Masih ada loh sampah yang gak gratis alias bayar! Hiyy serem ya? Serem ngeluarin uang maksudnya :D Ya, kita diharuskan membayar 1000 yen (seratus ribu rupiah) untuk satu item barang yang termasuk dalam kategori Sodai Gomi (sampah besar), jadi siap-siap kantong bolong, uang 1000 yen melayang ketika kita harus membuang sampah berupa tempat tidur, kursi, meja, dsb. Dan tidak sama dengan sampah biasa, sampah ini tidak bisa dibuang di tempat sampah apartemen loh, untuk sampah besar ini, kita sebelumnya harus telfon ke Sodai Gomi Uketsuke Center (Bagian Pengurusan Sampah Besar) dan membuat janji untuk pengambilan sampahnya. Fiuuuhh lagii :D Repoot, ribeet dan riweuh?? IYA, makanya saya sempet pusing juga ketika pertama kali harus memilah-milah sampah disini dan kerap membuka `primbon` dulu baru deh PD untuk membuang sampah :D Memang saya yakin bukan saya saja yang pusing sebagai orang asing yang baru tinggal disini tapi bagi orang Jepang pun waktu pertama kali diterapkan aturan ini juga pasti pusing tujuh keliling. Namun dengan melihat hasil nyata bahwa Jepang menjadi terkenal di mata dunia sebagai salah satu negara yang sangat bersih, saya yakin ada kebanggaan tersendiri dalam hal itu. Ya, membuang sampah pada tempatnya memang hal yang sepele, tapi di Indonesia sangat susah tuh untuk diterapkan. Padahal menurut saya Indonesia masih `syurga` dalam hal membuang sampah, tinggal brakk brukk bless semua sampah masuk dalam satu kantong plastik terus buang! Itupuun masih banyak orang yang nyeleneh lempar bungkus permen atau puntung rokok dijalanan :D Gimana kalau ada peraturan harus milah sampah ya? Gak kebayang! Ideal-nya memang bukan karena sanksi hukum kita jadi patuh untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi kesadaran sendiri, keikhlasan untuk berjalan sebentar mencari tempat sampah yang ada atau merelakan kantong celana atau tas kita untuk diisi bungus-bungkus makanan yang bisa kita buang setelah sampai di rumah itu loh, bisa nggak ya dari hal sekecil itu?? Tentu bisa dan Harus bisa dong! Apalagi kalau melihat bencana banjir dimana-mana, mumpung alam masih berbaik hati memberi beberapa kali kesempatan kepada kita, yuk kalau nggak dari sekarang kapan lagi??? **ini bukan kampanye caleg yah?? Hihi Salam Hangat, wk image : dok pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H