Biasanya hari libur sabtu atau minggu pagi, saya suka `kabur` jogging saat anak-anak dan suami masih berada di alam mimpi. Malahan, pas pulang lari pagi pun, kadang mereka semua masih pada kemulan dalam selimut, sama sekali sarapan yang sudah disiapkan diatas meja makan tak tersentuh sama sekali. Ahh dasarr..
Tapi wah tumben, sisulung hari ini bangun pagi, cuci muka dan langsug ganti baju, katanya mau ikut lari pagi sekalian mau latihan lari buat acara undoukai (sport day) di sekolahnya akhir bulan ini. Karena dari pagi kita berdua sudah grasah grusuh berisik, sarapan sambil ngobrol membuat si bungsu pun terbangun dari tidurnya. Sambil kucek-kucek matanya berkata, “Mama to oniichan doko ikuno?” (Mama dan kakak mau kemana?).
Lalu dijawab si sulung, “osanpo ikuyo.” (mau jalan-jalan), buru-buru saya revisi, “osanpo jyanaiyo, jyoginggu dayo!” (bukan jalan-jalan tapi lari pagi!). Ya, gawat nih kalau si bungsu ikutan jogging karena misinya suka nyeleneh kalau si bungsu ingin ikut lari pagi, kenapa? ituu tuhh…suka banget mampir mampir Lawson, Family Mart, dll kalau gak haus lah, laper lah berbagai alasan yang kadang suka mengharuskan saya bawa recehan di kantong, jadinya deh bukan jogging judulnya tapi rekreasi pagi hehehe
Melihat gelagat sibungsu mau ikut, saya gabruk-gabrukin papanya sama selimut suruh bangun, biar bisa bagi-bagi tugas wkwkwk. Suami beberapa kali nutupin mukanya pakek selimut karena berisik dibawelin, baru deh setelah di kelitikin telapak kakinya baru beringsut bangun, sambil misuh misuh kalau masih ngantuk karena semalem memang pulangnya jam 12 malam. Biariinn laah sekali kali grecokin buat bangun pagi hehehe.
Dipaksa paksa sibungsu kalau papanya juga harus ikutan jalan pagi, membuat suami akhirnya mengganti baju dan memakai sepatu talinya, sambil jalan sempoyongan karena masih setengah ngelindur kali hihi akhirnya kita berhasil menggeret papanya untuk `keluar kandang`.
Pemanasan dengan melakukan stretching sambil berjalan kaki menyusuri jalan raya yang masing lengang, si sulung sudah melesat di depan, karena `mesinnya` kayanya sudah panas tanpa perlu diwarming dulu hehe
Baru jalan beberapa ratus meter, tepat seperti dugaan saya, sibungsu sudah ngeluh capek, laper, haus dan mau pulang, fiuuhh tobaat deeehh…
Untungnya ada `bodyguard` kali ini, langsung kasih sign ke papanya, untuk nemenin jalan pelan-pelan si bungsu, sambil berusaha mengalihkan perhatiannya untuk tidak mampir konbini (convenient store), saya lihat mereka lagi asik melihat lihat bunga, dan si bungsu pun mengumpulkan bunga-bunga liar yang ada dipinggir jalan menaruh dalam genggamannya.
Bebass, aman dan terkendali sudah ditangani oleh pihak yang berwenang wkwkwk saya pun mulai melakukan jogging, pelan-pelan mengejar si sulung yang sudah ada jauh di depan saya.
Tapi tunggu….saya lihat tiba-tiba si sulung menghentikan larinya, dan badannya seperti menghadap ke jalan, ya dia melihat sesuatu!! Sesuatu?? Saya pun buru-buru mengalihkan pandangan ke seberang jalan raya sambil tak lepas juga balik lagi melihat keadaan sisulung. Oh, ternyata di seberang jalan ada sepasang ibu dan bapak memakai kacamata hitam dan masing-masing membawa tongkat. Mereka sepertinya ingin menyebrang jalan, tapi terlihat sangat bingung. Tidak bisa melihat? Itu dugaan saya. Karena ketika menyebrang jalan, beberapa kali mereka mengurungkannya dan balik lagi ke sisi jalan, mungkin mereka mendengar suara mobil yang masih lalu lalang, dan mereka berfikir mungkin sangat bahaya kalau mereka menyebrang saat itu.
Saya melihat kebingungan yang teramat sangat, terlihat dari tongkat yang digerak-gerakkan kesana kemari sambil tangan meraba (mungkin) mencari tombol untuk menyebrang yang biasanya nempel di traffic light, dan khusus untuk tuna netra suka ada bunyi yang terdengar apabila lampu sudah berwarna hijau, tanda boleh menyebrang bagi pejalan kaki, bunyi ini tentunya sebagai sign untuk para tuna netra.