Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jepang, Negara Tak Beragama tapi Bisa Damai

28 November 2016   08:50 Diperbarui: 28 November 2016   15:52 5351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Pintu Gerbang Kuil Asakusa, Tokyo, Jepang.

Jepang negara tak beragama bukan berarti negara ini tidak berakhlak. Budi pekerti, kelakuan dan adab masyarakat di sini masih banyak yang bisa kita ambil sebagai contoh yang baik. Heran gak sih dengan kebersihan yang sudah bukan lagi sesuatu yang spesial di Jepang? Heran gak melihat Japang yang jarang tempat sampah tapi jalan-jalan begitu bersih tanpa sampah bergelatakan? Apakah ada slogan yang bermakna Kebersihan adalah sebagian dari iman seperti di Indonesia? Jadi, jangan suka ngomong doang tentang iman segala macem, kalau kita masih suka nyelipin bungkus permen di jok kursi bis atau buang puntung rokok di jalan walao kita merasa sudah ngerasa aman mematikan apinya yang telah kita injek dengan sepatu. 

Negara bersih, nyaman dan teratur, tidak saling selak saat antre, sabar saat naik dan turun kereta, tidak menghujat, tidak merendahkan orang dengan kata kotor dan celaan, tidak mengagungkan secara berlebihan hal yang dipercayainya, tidak menjatuhkan orang dengan cacian dan menghasut, tidak pamer harta dan kekayaan, tidak merasa paling tahu dan serbabisa, dan segala tetek-bengek begitu, terus kok masyarakat Jepang bisa begitu "nggilani" adabnya melebihi negara saya tercinta yang sering terdengar kumandangnya sebagai negara berakhlak dan beradab, serta masyarakatnya paling taat beribadah. 

Saya jadi inget dulu saya pernah tanya tentang dosa dan pahala sama beberapa temen saya, kalau kita berbuat buruk dan baik di dunia. Dan jawaban mereka yang cukup bikin kaget adalah semuanya itu mereka lakukan karena mereka tidak ingin mendapat kecaman dari masyarakat. Hal yang buruk atau tidak baik apalagi sudah keluar dari norma masyarakat akan mendapat sanksi sosial yang keras. Sanksi sosial? Waduh tambah menarik ya, sanksi sosial yang model apa? Dimarahi, dihujat, dicaci-maki? Dan cetar sekali jawabannya saat saya dengar, kalau sanksi sosial di Jepang itu "hanya" tidak ingin mendapat IMAGE BURUK. Misalnya saja, membuang sampah sembarangan di jalan adalah suatu IMAGE BURUK yang teramat sangat! Yang akan menyulitkan masuknya seseorang itu atau bahkan keluarga dalam suatu lingkungan masyarakat. Kelakuan buruk yang dilakukan  membuat imaje dan brand dirinya pun menjadi jelek. Hanya itu saja padahal sih tapi bisa ya buat Jepang negara bersih dan teratur, ckckck! 

Semoga Indonesia suatu saaat akan menuju titik seperti ini, bukan lagi mengandalkan ayat-ayat dari kitab-kitab suci dan kotbah para ulama dan pemuka agama untuk menyerukan kebaikan. Tapi justru dari komponen masyarakat yang terdekat, dari penilaian tetangga dan warga itu harusnya sudah bisa membuat kita selalu menjaga tindakan dan gerak gerik agar selalu sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat. Kalau semua itu sudah terwujud saya yakin seyakin-yakinnya, kedamaian dan ketentraman akan bisa tercipta dengan mudah. Mudah memang untuk diucapkan tapi kenyataannya sukar sekali untuk diterapkan. 

Damai selalu Indonesia, kami warga Indonesia yang melihat dari jauh kekacauan demi kekacauan, keributan demi keributan, hingga bisa memorak-porandakan kesatuan bangsa, kok ya merasa sayang sekali dan merasa sedih. Negara besar yang jauh lebih kaya dari Jepang. Negara kuat yang jauh lebih banyak potensi SDM dan SDA yang lebih melimpah dari Jepang, tapi kok mudah sekali terpecah-belah dan gampamng diadu domba. Padahal Semoboyan Bhinneka Tunggal Ika terus terusan terngiang dan sudah terpatri dalam sanubari kita semua. Ya, walau kita berbeda agama ras dan suku harusnya tetap satu jua. Amin

Salam hangat dari Negeri Shincan.

wk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun