Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belajar Tenang Meski Kaki Kesemutan di Upacara Minum Teh ala Jepang

10 Juli 2016   09:56 Diperbarui: 10 Juli 2016   17:15 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harus sabar walau kaki cekot cekot kesemutan

Dulu pernah punya mimpi untuk ikut upacara minum teh di Jepang. Kalau lihat di TV, waduh upacaranya kok kaku sekali dan penuh dengan toto kromo ya. Memakai kimono, ruang tatami, gerakan yang pelan, kue Jepang yang cantik, serta ocha yang pahit bikin saya penasaran untuk suatu saat ingin mengikuti upacara minum teh itu.

Nah, pucuk dicinta ulam tiba. Sensei kanji saya memberi tahu kalau organisasi yang mengurus tentang orang asing di kota kami kebetulan mau mengadakan kegiatan upacara minum teh yang diutamakan untuk pembelajaran budaya bagi warga asing yang tinggal di Jepang. 

Upacara minum teh di Jepang itu kita sebut dengan SADOU.

Bagi orang Jepang, Sadou bukan hanya sekadar ritual minum teh saja, tapi mempunyai makna yang dalam yaitu untuk mendisiplinkan mental, memusatkan pikiran sehingga seseorang bisa bersikap tenang.

Kegiatan belajar minum teh ala Jepang (Sadou) yang saya ikuti ini dilaksanakan di halaman Tojo-tei, yaitu rumahnya the last samurai Tokugawa di Kota Matsudo. Katanya, zaman dahulu Sadou atau upacara minum teh ini biasanya dilakukan hanya oleh para bangsawan dan petinggi di Jepang saja. Ruangan khusus untuk acara minum teh itu kita sebut dengan Chashitsu. 

Halaman rumah Shogun Tokugawa, Matsudo
Halaman rumah Shogun Tokugawa, Matsudo
Saat saya memasuki Chashitsu ini, waduhhh Jepang banget! Hahaha ya iya dong ya, ruangan tataminya sangat bersih dan luas, dindingnya dihiasi oleh kakejiku (hiasan dinding bertuliskan kanji), chabana (hiasan bunga) dan mangkuk keramik. Semua yang ada di dalam ruangan tatami itu benar-benar dipikirkan pengaturannya. Semuanya seusai dengan tamu kehormatan yang datang, misalnya saja corak musim, status tamu dan sebagainya. Duh repot ya? Iya, saya saja langsung berubah jadi pendiem dan kalem loh, hahahaa. Soalnya ibu-ibu yang pakai kimono ini bener-bener santun dan lemah gemulai gerakannya, gak sradak sruduk dan berisik. Pokoknya saat kita mulai masuk dalam ruangan minum teh ini, wah auranya langsung terasa sekali bedanya. 

Kakejiku, Chabana dan Mangkuk Keramik
Kakejiku, Chabana dan Mangkuk Keramik
Habis dipersilahkan masuk dan duduk, kami menunggu para sensei (guru, ibu yang pakai kimono) menyiapkan minuman. Alat-alat untuk pembuatan teh ini ada o-kama (gentong air), hishaku (centong air), chawan (mangkuk keramik), chasaku (sendok teh), chasen (Pengaduk teh) dan natsume (wadah teh). Semuanya diletakkan di depan kita semua, jadi bisa terlihat jelas begitu tenang, hati -hati dan teraturnya para sensei Sadou ini melakukan step-step pembuatan ocha yang bisa kita lihat sehingga kita pun bisa ikut belajar. 

Para sensei menyiapkan minuman
Para sensei menyiapkan minuman
Cara membuat ocha adalah sebagai berikut:

Masukkan bubuk teh hijau dengan chasaku, lalu tuang air panas dengan menggunakan hishaku. Kemudian kocok teh dengan chasen yang dilakukan dengan cepat hingga teh berbusa, karena teh yang berbusa akan terasa lebih nikmat untuk diminum. Teh yang digunakan adalah bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling sangat halus. 

bubuk matcha dan chasen
bubuk matcha dan chasen
Teh yang diaduk hingga berbusa, lebih nikmat
Teh yang diaduk hingga berbusa, lebih nikmat
Kami para peserta Sadou pun diberi kesempatan satu persatu untuk mengocok tehnya dengan chasen. Masih dengan posisi duduk bersimpuh dan badan tegak, ocha yang telah dibuat oleh para sensei itu kami terima sambil membungkukkan badan dan mengucapkan, "Otemae chodai Itashimasu" yang berarti saya terima bikinan ochanya. Lalu chawan diletakkan di tangan kiri dan tangan kanan memutar searah jarum jam sebanyak 3 kali. Dan akhirnya ocha bisa kita nikmati pelan pelan diminum hingga habis. Habis selesai minum, sapu bibir dengan jari dan putar chawan ke kiri (lawan arah jarum jam) lalu membungkuk mengucapkan terima kasih. 

Sebelum kami meminum ocha tak lupa disuguhi dengan kue Jepang (wagashi) yang bentuknya sangat cantik sekali, sampai sayang deh makannya, haha. Penyuguhan kue yag rasanya super duper manis ini dimaksudkan untuk penyeimbang rasa pahit matcha yang akan diminum nantinya. 

Wagashi, makanan tradisional jepang
Wagashi, makanan tradisional jepang
Semua tata cara minum ocha ini harus dilakukan secara teratur dan perlahan lahan serta tenang. Duduk pun dengan gaya bersimpuh (seiza) dan badan tegak. Nah, duduk bersimpuh dengan kaki dilipet ini yang ternyata bikin saya semapuut, sampe sensei saya senyam-senyum ngeliat. Gimana gak bisa diemnya badan saya karena kaki mulai kesemutan!! Dan karena gak tahan saya nyerah mohon ijin untuk duduk glesor seperti biasa, hahahaa. 

Harus sabar walau kaki cekot cekot kesemutan
Harus sabar walau kaki cekot cekot kesemutan
Benar-benar jadi pengalaman yang menarik dan tak terlupakan. Mempelajari budaya Jepang yang katanya Sadou, atau upacara minum teh ini sedikit demi sedikit sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Jepang lagi, mungkin terlalu repot dan kaku kali ya. Padahal banyak nilai-nilai bagus yang terkandung di dalamnya, selain melihat bagaimana tuan rumah begitu menghormati tamu yang datang dan cara penjamuannya serta kita bisa belajar untuk bersabar, khususnya bagi saya sendiri yang seharusnya bersabar duduk seiza sampai acara Sadou berakhir haha..

Salam hangat, wk!
foto2 dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun