Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Awas Banyak Mata-mata di Kompasiana!

18 Februari 2016   08:30 Diperbarui: 19 Februari 2016   08:41 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan nakutin nakutin loh tapi beneran!

Awasss banyak mata-mata di Kompasiana! Hati-hati...

---

Minggu kemarin saya ada interview kerja untuk menjadi seorang pelayan coffee shop di sebuah warung kopi asal prancis. Dasar ndeso, belum interview apa-apa tapi perut dah mules gak ketulungan, sampe suami khawatir saya diare atau apa. Saya bilang, tenang aja, ini mah saking nervous berat karena besok ada interview kerja, wkwkw. Kata suami lah kamu ini gimana kalau kamu ngelamar kerja di kantoran ma, pengsan gak bangun bangun kali, wkwkw.

Sebenernya ini bukan pengalaman pertama interview kerja, sudah beberapa kali saya ikuti proses ini, tapi sampai saaat ini selalu ditolak dengan alasan jam kerja yang saya inginkan itu tidak sesuai dengan yang mereka minta. Saya pun nggak ngoyo juga, bisa kena kepruk suami sama anak-anak, kalau sampe mengganggu kegiatan rumah tangga dan anak-anak terlantar kebutuhannya.

Nah, ceritanya minggu kemarin saat interview, seperti biasa saya menyerahkan CV beserta foto. Namun kali ini agak beda, kepala cafenya memberikan secarik kertas yang harus saya isi. Aduuhhh muless lagi. saking deg-deg-annya, lah mosok kanji nama keluarga saya aja sampek lupa!! Nggilani. Buru-buru saya gedebukan buka dompet nyari SIM, primbon saya kalau lupa alamat sama nama sendiri hahaha edan banget.

Sudah selesai nih isi data diri, padahal sudah tercantum tuh semua di CV sambil mikir, aneehh napa nulis lagi ya? ngetes saya buta hurup kanji apa nggak kalik? padahal sih iya blass deh kalo suruh nulis bahasa planet begini. Hahaha kamu ketahuann.. wkwkwkwk.

Dikolom paling bawah ada 2 pertanyaan yang wajib isi, yaitu kelebihan dan kekurangan dalam diri kita. Cem mana pulak ini pertanyaan? Mikir kelebihan yang saya punya? Halah, kok ya susahnya ngelebihin dari nginget-nginget kanji yang lupa tadi. Makan waktu banget, gak nemu-nemu. ya dah pass dulu, lanjut yang tentang kekurangan dalam diri saya?? Anehnya, gak pakek mikir sudah kayak ke draft dalam kepala semua kesembronoan dan kekurangan-kekurangan lain yang ada dalam diri saya keluar dengan lancar..hahaha lah ini gimana sih mosok ngelamar kerja kokk yao buka semua aib saya disini.

Akhirnya dalam otak saya seleksi ketat, kelemahan mana yang paling terlihat "halus" terlihat. Jatuhlah pada kelemahan saya yang paling kekinian banget, yaitu sugu wasurecchau alias pikun! Dengan PD saya tulis kalau saya suka lupa di kolom kelemahan diri. Setelah selesai dicek oleh bosnya, dan dia ketawa membaca form saya terutama yang pikun itu, sambil berkata, lah kamu ini awal kerja itu kan ada trainingnya, nah kalau suka lupa gawat dong ya.

Huwaaa kejer deh dalem ati, iya iyaa aho, stupid banget saya! Lugu apa bloon jadi satu. Hikss dan sudah bisa ditebak dong, gagal lah saya dalam interview kerja minggu kemarin itu, sakitnya tuhhh disiniiii... jempol, karena sepatu formal yang saya pake ternyata sudah kesempitan!

Malemnya biasa deh suami jadi pelampiasan, saya misuh-misuh gak jelas, suami bengong tapi kayanya sudah biasa wkwkwk. Pas saya ceritain, ngakaklah dia, lah kamu ini gimana sih ma, kok nulis suka pikun sih walo memang kenyataannya begitu hahaha ya iyalah ditolak manah ada perusahaan yang pegawainya suka lupa, lah kan ngimbas sama kerjaannya nanti, bisa berantakan. Hahahaha aduhhh.. kena deh saya diketawain lagi, tapi dah kebal hikss.. nasib.

Eh terus apa hubungannya dengan judul diatas yang berupa warning kalau banyak spy di Kompasiana ini. Hmm.. buat saya pribadi yang bodoh dan banyak kekurangan ini, ada sesuatu yang bikin saya merasa bahagia. Sedikit kebahagiaan yang saya ingin bagi bersama sahabat-sahabat saya tercinta disini. Kebahagiaan yang tidak pernah saya duga. Kebahagiaan yang saya yakin banyak juga teman-teman pernah merasakan dan suatu saat pun akan merasakannya, amin.

Cerita lagi ya, lah ini emak-emak doyan banget merepet hahaha maap ya ketebelecenya memang kebanyakan, tapi saya pengen cerita nih, baca ya awas kalo pada mabur.. wkwkwkw..

Saya bergabung di K pda tanggal 17 October 2013, dulu asal muasal bergabung itu karena pernah mencari berita di google search dan info yang saya baca berasal dari kompasiana.com saya coba buka-buka lagi link kompasiana ini, oh ternyata penulisnya itu masyarakat yang melaporkan kejadian atau pengalaman-pengalaman pribadinya. Nah karena akun blog saya di multiply sudah di bredel tidak bisa gratis lagi hiks..dan akhirnya saya coba-coba bikin akun di kompasiana.

Sudah jadi nih warga resmi K, mulai deh merepet saya curhat tentang kehidupan sehari-hari yang ditemui disini. Yang kaget adalah saat dapet surat cinta dari mimin kompasiana kalau saya harus mengirimkan data diri untuk proses verifikasi. Koalah nama makanan macam apa lagi ini? Saat saya tanya ngademin, ternyata artikel yang berjudul IJIME(BULLY) di JEPANG itu masuk dalam freez edisi cetak di koran Kompas.

Idiihh kayak dapet undian 1 milyar, gak percaya, lah saya gak pernah ngajuin atau apa gitu, tapi ternyata itu adalah karena pilihan ngademin yak, hahaha geer bingits. Langsung norak saya telpon keluarga saya di jakarta semua, beli yah koran tanggal segini trus kirim fotonya ke imel, saya mau lihaatt gimana sih penampakan freez itu, dan sebelumnya FREEZ itu apaaa?? hahaha..

Kebahagiaan selanjutnya yang buat saya mlongo kaya sapi ompong adalah saat artikel pertama yang seliweran di halaman depan Kompasiana, fotonya gede banget plus ada nama saya kecil dibawah, artikel yang berjudul DIANGGAP TIDAK SOPAN TERHADAP KAISAR JEPANG masuk Headline di Kompasiana...lagi lagi norak deh saya. Panik, heboh sendiri, jingkrak-jingkrak sambil terus melototin layar leptop. Apaan lagi sih ini?? tapinya yang pasti seneng dong.

Akhirnya baru tahu deh tentang ini semua, Freez, Headline, Highlight, Trending Article, dan lain sebagainya, tapi itu dulu ya sekarang banyak yang dihapus berganti dengan yang baru. Lambat laun saya sudah mulai bisa beradaptasi, berkomunikasi dikolom komentar, saling support juga saling kritik yang membangun.

Tentunya banyak ilmu dan pengetahuan yang didapat di Kompasiana, yang terupdate dan terkini, ini saya perlukan dan sangat saya butuhkan karena memang posisi yang jauh dari tanah air. Walau makin kesini akhirnya saya pake sistem menyaring berita juga karena banjirnya informasi yang datang, bukan tak mungkin ada juga berita yang menyesatkan.

Dan tahun ini akan memasuki tahun yang ketiga saya menulis di Kompasiana. Kebahagian berikut yang saya dapat dari menulis di Kompasiana adalah beberapa kali saya mendapat tawaran membuat buku tentang Jepang dari beberapa penerbit mayor dan indi. Namun, karena saya rasa timingnya belum pas membuat buku sendiri, akhirnya semua saya tolak secara halus.

Saya juga gak ngerti, setelah saya diskusi dengan suami, hanya satu yang suami tanya ke saya, “Kamu ini menulis untuk apa??” Pertanyaan itu yang membuat saya harus mencari jawaban yang tepat dan saya pun menunda untuk membuat sebuah buku. Karena saat itu jawaban yang ada dalam kepala saya adalah menulis untuk berbagi. Tidak ada keinginan apa-apa selain itu.

Tahun kemarin, 2015 ada seorang sahabat SMA yang menawarkan itu karena (mungkin) membaca artikel-artikel yang saya tulis dan share melalui media sosial, FB. Yang ternyata ia bekerja pada penerbit mayor G, yang mengontak dan menawarkan untuk membuat buku tentang Jepang, terserah mau konsepnya apa, diserahkan sepenuhnya pada saya.

Kembali lagi saya diskusi dengan suami, kali ini saya sedikit berniat untuk menjadikan artikel-artikel di K dirangkum jadi buku, dan ini prosesnya saya percayakan pada sahabat saya itu, dan lagi-lagi kena deh saya diceramahi oleh suami yang berkata, “menulis buku itu tanggung jawabnya berat sekali, orang akan bersusah payah mengeluarkan uang untuk membaca buku kamu, jadi tulislah yang bermanfaat dan berguna untuk para pembaca, jangan terus bercerita tentang diri sendiri, apalagi tentang kebiasaan dan kehebatan kamu, tapi gimana kamu bisa membuat pembaca buku kamu termotivasi dan bergerak terinspirasi untu menuju kesana.

Nilai manfaat yang tinggi harus ada dalam esensi pada buku yang akan kamu keluarkan.” Haddeeh makin mpot-mpot an deh jantunggg sayaaa...

Suami dan anak-anak adalah penyupport terbesar saya, saat menulis di Kompasiana. Sudah akrab mereka dengan nama KOMPASIANA, walau mereka sampai saat ini tetap berfikiran kalau itu adalah sebuah koran. Tidak pernah ada larangan, malah mereka begitu cerewet memberikan ide-ide yang menarik untuk saya tuang dalam media warga, Kompasiana ini.

Bukan saja keluarga, tapi ibu bapak mertua, teman-teman, murid bahasa Indonesia saya yang ternyata adalah seorang kolumnis disebuah koran terkemuka di Jepang, walau beliau sudah berusia sekitar 70 tahun dan tentunya sudah pensiun namun semangat dan pengetahuannya tentang semua berita terkini bahkan yang jaman dahulu masih diinget dengan sempurna, banyak belajar saya dengan beliau.

Hidup di Jepang bukan hanya indah-indahnya saja. Hidup di negara teknologi canggih, fasilitas yang komplit, lingkungan yang bersih dan nyaman, serta yang enak-enak lainnya. Tapi jangan lupa yang berat-beratnya juga ada lohh, sebelum itu, ada proses adaptasi yang harus saya jalani. Berkutat dengan urusan sekolah anak, urusan dapur serta berinteraksi dengan tetangga sekitar. Semuanya itu harus di mulai dari nol, apalagi budaya, manner serta banyaknya taboo yang ada di negara ini tak jauh beda banyaknya dengan di Indonesia.

Lalu apakah kita bisa cuek saja? Acuh dengan semua perbedaanyang ada? Lah hidup di hutan aja harus adaptasi sama tumbuhan dan binatang buas, apalagi masuk dalam komunitas sosial. Berat, sangat berat sekali tapi justru malah jadi pengalaman berharga, terutama buat saya pribadi.

Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung dan Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya adalah dua pepatah yang terus saya pegang selama hidup disini. Orang tua pun mewanti wanti agar saya tidak saklek dan mau untuk berbaur dengan orang lokal disini.

Saya bukan motivator atau profesional apa pun yang pintar menulis agar orang begini begitu menuruti kehendak saya. Saya tidak pintar, tidak punya keahlian khusus tertentu, makanya waktu interview kerja saya pusing kalau disuruh nulis kelebihan dalam diri tapi langsung lancar saat harus nulis kelemahannya, hahahaa wong gemblung ya.

Namun, terbersit keinginan saya untuk membagi pengalaman hidup saat suka duka, senang bahagia selama menjalani kehidupan di jepang bersama suami dan anak-anak tercinta. Saya ingin kesalahan yang pernah saya lakukan karena ketidak tahuan saya dulu, tidak dialami oleh teman-teman semua. Serta kebahagiaan yang saya alami di sini bisa temen-temen temui dan dapatkan juga.

Akhirnya, saya pun menerima tantangan atau UJI NYALI tepatnya untuk membuat buku sendiri. Alhamdulillah, secara bersamaan datang lagi tantangan dan Uji nyali dari penerbit Elexmedia yang lagi-lagi tahu tentang tulisan saya yang mungkin salah satu silent reader di K ini.

Dan saya coba tantangan yang cukup berat itu. Konsepnya kembali terserah kepada saya, jadilah saya ambil untuk membuat buku kumpulan artikel di Kompasiana ini. Saya tidak nyangka penulisan buku itu adalah proses yang menyenangkan. Dan akhirnya dalam proses 6 bulan, jadilah buku tentang curhat saya yang berjudul UNBELIEVABLE JAPAN!

Buku ringan yang gak pakek mikir saat membacanya hihi pengalaman hidup yang saat ini pun masih membuat saya shocking akan perbedaan budaya yang ada. Ibu indonesia ndeso yang kagetan, norak, kampungan dan super gaptek yang kewalahan beradapatasi dengan kecanggihan yang ada disini.

Dan akhir kata, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada KOMPASIANA, para admin, sahabat-sahabat yang mau meluangkan waktu untik ngeklik vote, ngisi komengtarr, ngeshare artikel abal-abal saya ini, para silent readers yang mau ber say hello via e-mail kepada saya, hanya sekedar mengenalkan diri karena katanya malu kalau mau komentar di artikel takut di bully aduh padahal kalau kena bully itu tandanya sayang lohh hahaha.. sekali lagi arigatou, arigatou gozaimashita.

Jadi, balik lagi ke judul atas ya, HATI-HATI BANYAK SPY di KOMPASIANA!

Karena banyaknya mata-mata yang diam mengintai tak terlihat wujudnya itu loh yang sedang masang target selanjutnya, siapa lagi yang akan kena sasaran tembaknya untuk ditantang nyali kalian membuat sebuah buku. Hayoh siap-siap ya! Awass..tetep waspada...waspadaaa..ingaa..ingaa..hahaha apaan sih ini jadi ngawurr...lah yang nulisnya juga biangnya ngawur wkwkwkw..

Halah dasar pikun, beli ya bukunyaaa (promosihh haha) baru dijual akhir bulan februari ini, minggu depan ya, bisa di dapat di toko buku terdekat, gunung agung atau gramedia. Via online juga bisa loh, www.gramedia.com pokonya tiada kesan tanpa kehadiarannya di toko buku nanti end feb yahh..lah mang undangan ultah wkwkwk..arigatooooooooooo!!

Bisa dipesan disini yah lbh murmer ada diskonyahh :

http://www.gramedia.com/categories/books/reference-dictionary/unbelievable-japan.html

Salam hangat, wk

image:dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun