Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kondankai, Evaluasi Belajar Anak-anak SD di Jepang

30 Desember 2015   19:53 Diperbarui: 31 Desember 2015   00:21 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini Jepang dirundung mendung dari pagi hingga sore. Jangan ditanya kalau sang penyinar kehidupan gak nongol sedikit aja, itu dinginnya alamakjan ahik ahik...gak nahan!

Habis pulang mengajar les di kota sebelah gedebukan saya ngebut biar ndak telat ikut acara ini. Buru-buru sms temen-temen deket satu apartemen yang biasa pergi bareng kalau ada acara sekolah, oalah gak ada satupun yang bisa pergi ke acara itu.

Sebenernya hati saya juga sudah ndut ndutan ini antara ikut atau tidak dan ada rasa kepingin cancel untuk pergi karena badan tepar remuk redam mau rebahan sambil mau buru-buru masukin kaki ke dalam kotatsu (meja penghangat) tapi apa daya, si bungsu sudah bilang kalau mau nunggu saya sampai acara kondankai selesai di lapangan sekolah. Duhh..yowes yuk maree mlipir ke sekolah sambil dikekep jaket tebel, ngelibetin syal ke leher plus nublesin kepala dengan kupluk ala anak rap yang fankeh yang gak geunah wkwkwk

KONDANKAI apaan sih? makanan jepun? hussh ini kok cepet banget kalo soal nyunyah mengunyah, mentang-metang lagi dingin. Kondankai adalah pertemuan orangtua murid dengan guru/walikelas di sekolah. Dalam satu tahun ajaran akan diadakan pertemuan itu sebanyak 3 kali.

Dalam pertemuan itu (Kondankai) akan dibahas tentang perkembangan belajar dan kegiatan anak-anak di sekolah yang sudah dilakukan selama satu term.

Saat kondankai kemarin ini yaitu membahas tentang evaluasi perkembangan belajar anak-anak dan kegiatan-kegiatan apa saja yang sudah dilakukan, seperti :

1. Membahas tentang perkembangan anak-anak belajar bahasa Jepang (kokugo).

Dalam belajar Kokugo ini ada sub nya lagi yaitu belajar membaca buku. Anak kelas satu sampai kelas enam akan mendapatkan PR setiap hari untuk membaca buku dengan suara keras dan sikap  yang baik. PR membaca itu kita sebut Ondoku. Buku pedomannya didapat gratis dari sekolah, sudah ditentukan topiknya. Awalnya hanya sekitar 2 halaman saja, cepet selesai, tapi makin lama menjadi berlembar lembar halaman dan hari ini saya hitung sudah 15 halaman! Yang dengerin sambil ngejep ngejepin mata takut ketiduran soalnya mayan panjang kaya di ninaboboin ahahaa..

Tugas orangtua tentu saja mendengarkan, setelah mereka selesai membaca, kita wajib untuk memberi nilai. Terus apa dong yang dinilai? Yang dinilai itu adalah kekerasan suaranya, lancar atau tidaknya serta sikap badan saat membaca.

Nilai yang akan diberikan olehorang tua itu bukan berupa angka loh! tapi berupa simbol-simbol. Yaitu, dua bulat lingkaran ◎ adalah Baik, satu bulat lingkaran 〇 adalah Cukup, dan Segitiga △ Kurang.

Anak-anak di rumah suka wanti wanti yang super aneh, mama harus jujur loh, kata si sulung, kalau aku bacanya gagap tolong kasih segitiga ya!

Lah ini aneh bgt ya, orang mah pengen dibagus bagusin biar dipuji guru, ini malah gak apa-apa kalau saya tulis segitiga!

Ternyataaa..selidik punya selidik, kalau di kartu Ondoku-nya itu selalu didominasi oleh dua bulat lingkaran yang berarti nilai membacanya BAIK, maka kemungkinan akan didaulat untuk maju ke depan membaca di depan kelas!! Dan si sulung ogaah bangett, grogi katanya..hahaha dasar deh apa kalau anak laki suka malu kali yah. Lah beda banget ini sama adiknya yang cewek, cemberut deh kalo saya kasih nilai SEGITIGA, secara sikap badannya waktu membaca masak ya sambil tiduran sih yowes harus legowo saat saya kasih  nilai KURANG! walhasil deh semaleman dicemberutin tiada ampun mamanya...tobaat hahaha..

Dari evaluasi tentang masalah membaca buku ini, gurunya banyak mendapat komplen dari anak-anak muridnya, bu gurruuuu aku capeeekkk, tsukaretaaa...sambil nenggak termos minumnya. Saya yang diceritain saat kondankai sampe ngakak ngakak, apalagi ada anak yang disuruh maju untuk baca buku itu lalu sesudahnya napasnya tersengal sengal ngos-ngosan sambil megang dengkulnya kelihatan capek banget, lah kok kayak habis marathon ya cuma baca buku aja, kata ibu gurunya...grrrrr meledaklah tawa kita ibu-ibu yang denger cerita sang wali kelas.

Tapi katanya perkembangan anak-anak mengalami peningkatan terutama kosa kata dan beberapa kanji yang ada dalam bacaan itu menjadi lebih cepat inget dan lebih mudah dipahami. Jugaa..anak-anak sudah mulai bisa menceritakan alur ceritanya dengan lengkap  tanpa harus membuka bukunya alias sudah hapal jalan ceritanya.

2. Membahas tentang kemampuan berhitung dalam pelajaran matematika (sanshu)

Dulu saya pernah mengikuti acara Jugyousankan, yaitu acara melihat kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Saat itu gurunya menjelaskan satu soal matematika. Dan beberapa anak-anaknya di suruh maju, dan menjelaskan rumusan yang diciptanya menggunakan proyektor.  Sumpah deh saya gak jelas anak-anak ini ngomong apa, semua jawaban di urai dalam bentuk soal cerita wakk pusing deh dan gurunya sat set sat set nuliskannya di papan tulis. Semua anak-anak yang maju memakai cara yang beda, tapi hasilnya semuanya sama.

(Belajar mempresentasikan hasil pemikiran di depan kelas)

Nah, hari ini saya baru tahu metode cara belajar matematika di sini. Ternyata ngajarin yang njelimetnya dulu!! Pantesan saya perlu panadol satu strip dengerin penjabaran anak-anak ini. Dalem hati mbathin duile jalannya napa muter muter gini sih gak langsung sasaran tembak.

Untuk anak-anak kelas satu diajarkan cara memecahkan soal yang solusinya bisa berbagai cara. Yang pertama tentu saja metode baku yang sekolah ajarkan, selebihnya anak-anak ini boleh dengan cara apa saja. Cara lain atau cara cepat dapat hasil biasanya didapatkan dari mereka belajar di les-les luar sekolah, seperti kumon atau jyuku.

Untuk kelas satu ditanamkan basic yang kuat untuk metode bakunya terlebih dulu tapi sayangnya banyak anak yang sudah memakai cara-cara lain yang didapat dari tempat lesnya sehingga membingungkan teman-temannya dalam kelas, ujar ibu guru tadi sambil meminta kami untuk membimbing anak-anak untuk menerapkan metode baku dulu, nanti cara yang baru bisa dipakai setelah semua anak sudah lancar metode  dari sekolah itu.

3. Membahas tentang kemajuan dan keaktifan dalam berolahraga.

Maju pesat! Anak-anak yang dulunya malas untuk menggerakkan tubuhnya bermain diluar seperti lompat tali, atau latihan lari kini mulai bersemangat setelah mengikuti acara Marathon.

(Acara Undokai, Sport day)

Ada dua acara olahraga akbar di sekolah Jepang, yaitu UNDOKAI (Sport day) dan Marathon Taikai (Pertandingan Maraton). Bagi yang suka olahraga pasti jadi acara yang ditunggu-tunggu karena bisa unjuk kebolehannnya jadi yang terdepan dan tercepat diantara kawan-kawannya. Misalnya saja meraih juara satu dua dan tiga serta saat pertandingan marathon, anak-anak akan dihitung kecepatan waktunya oleh para guru, beberapa anak-anak yang termasuk kategori paling cepat akan mendapat piagam penghargaan!

Untuk anak saya si bungsu cewek, lomba lari adalah hal yang paling gak disukanya, capeekkk maaa!! gitu selalu jawabannya kalau setiap ada latihan di sekolahnya. Tapi mau tak mau, suka tak suka wajib ikut serta. Karena tanpa kecuali semua anak wajib ikut serta acara olahraga itu, namun untuk anak dengan kondisi khusus, misalnya ada penyakit tertentu pastinya akan mendapat kelonggaran.

Menghadiri anak-anak saat acara olahraga ini, kadang suka trenyuh sendiri. Melihat ada yang jatuh dan tersandung namun segera bangkit dan berusaha melanjutkan lari membuat kami para orang tua yang melihat seakan ingin memberi suport berupa tenaga dalam ...wusshh..kepada mereka semua untuk ganbaru, semangat untuk lebih kuat lagi walau keadaan sepayah apapun.

Kegiatan olaharga yang diadakan di sekolah ini, bukanlah semata hanya ingin mencari siapa yang tercepat dan terhebat, tapi ada makna yang lebih dalam, yaitu kalau olahraga itu selain bisa membuat tubuh bergerak aktif dan menjadi sehat kuat  tapi juga bisa buat jiwa kita sehat. Dalam hal ini adalah kompetisi yang sehat, menggojlok  mental, bersikap sabar dan legowo saat menerima kekalahan, dsb.

4. Membahas tentang manner saat makan

Berbicara tentang adab saat makan untuk anak-anak Jepang? saya akan mengacungkan dua jempol. Dulu saya berfikir kalau manner tentang makan, misalnya harus duduk saat makan (tidak lari-lari), makan sendiri (tidak disuapin), berusaha menghabiskan makanan, sampai saat menggunakan sumpit dengan benar itu adalah full kerjaan orangtua di rumah. Ternyata selain orang tua peran guru disekolah juga sangat besar dalam mendisiplinkan anak-anak ini dalam hal manner saat makan.

Sejak TK anak-anak kecil sudah diharuskan makan sendiri, menyendok makanan, menyelipkan sumpit diantara jari-jari mungilnya, duduk rapi dan tenang, sampai terakhir membereskan peralatan makannya sendiri. Dan ini berlanjut sampai mereka duduk di SD. Penggemblengan untuk berdisiplin saat makan terus digeber oleh para pendidik di sekolah. Tidak pilih-pilih lauk saat makan siang bersama di sekolah (kyushoku), makan harus dihabiskan, tidak berisik dan seliweran saat makanan masih ada, membersihkan piring dengan memilah sampahnya terlebih dahulu, membereskan alat-alat makan yang sudah dipakai, membersihkan kelas, dsb.

Saat kondankai, dibahas semua tentang kemajuan anak-anak yang berkaitan dengan manner mereka saat makan di sekolah yang tentu saja kita orang tua tidak tahu bagaimana kelakuan mereka dalam kelas.

Evaluasi tentang anak-anak yang sudah banyak tidak menyisakan makanannya, evaluasi tentang anak-anak yang sudah baik dan benar menggunakan sumpitnya, tertib saat makan,  serta sudah mengerti akan tugas dan kewajibannya tanpa perlu senseinya berkoar koar.

(Membersihkan lantai setelah acara makan siang bersama)

Mendengar semua penjabaran dari para wali kelas anak-anak saya ini, melongo diam dan terpekur saya dalam kelas. Ruangan kelas SD negeri  yang tak terpasang AC walau saat musim dingin pun menjadi terasa hangat. Entah karena heater satu buah yang ditaruh di tengah tengah kelas ini kah yang membuat ruangan menjadi hangat dan nyaman. Atau hati kami para orangtua yang menghangat karena tenang mendengar penuturan para wali kelas ini.

Dan akhirnya bukan rasa penyesalan karena tadi harus ngegenjot sepeda dingin-dingin ke sekolah anak-anak padahal tadi saya sudah membayangkan ngeringkuk di dalam kotatsu nan hangaat, tapi justru saya akan lebih menyesal kalau saja tadi memutuskan tidak hadir acara Kondankai ini. Selain bisa mengetahui perkembangan anak-anak, ternyata juga bisa menyaksikan tingkah laku mereka, karena setiap akhir rapat ibu gurunya si bungsu akan memutarkan video yang berisi kegiatan anak-anak disekolah selama satu term itu.

Salam hangat, wk!

Artikel terkait :

1. http://www.kompasiana.com/weedykoshino/acara-makan-siang-bersama-di-sekolah-jepang_5636c62e917e615b048b4568

2. http://www.kompasiana.com/weedykoshino/belajar-moral-dari-anak-anak-jepang_55ffeda3d37a61bc098b4567

3. http://www.kompasiana.com/weedykoshino/menjaga-kebersihan-sekolah-anak-anak-jepang_5596429821afbddc040d08e9

4. http://www.kompasiana.com/weedykoshino/kebebasan-berpikir-anak-anak-jepang_55899f27539773c90f40bcfa

 

Kami sekeluarga mengucapkan :

SELAMAT TAHUN BARU 2016!

Semoga tahun 2016 penuh dengan kesuksesan dan kebahagiaan!

*) Keterangan Gambar Utama: (Pertemuan orang tua murid dan guru, Kondankai)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun