Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belajar Moral dari Anak-anak Jepang

21 September 2015   21:58 Diperbarui: 22 September 2015   21:04 3665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap setahun sekali, ada kegiatan sekolah yang bernama Kateihoumon, yaitu kunjungan wali kelas ke rumah masing-masing muridnya. Acara ini biasanya sudah ada skejul waktunya, jam berapa guru akan datang ke rumah kita. Biasanya lamanya kunjungan adalah sekitar 15 menit. Karena itu banyak juga guru yang hanya ingin berbicara tentang anak muridnya itu di depan pintu masuk rumah agar waktunya bisa tepat selesai dan bergegas mengunjungi ke rumah murid lainnya. Bagaimana bapak dan ibu guru sekolah yang benar tepat waktu patut saya acungi jempol, karena benar tepat sekali waktunya itu dengan yang tertulis di skejul sekolah. Pernah saya dengar dari dalam rumah, sepertinya guru anak saya sudah sampai di depan rumah saya, tapi karena datangnya terlalu cepat mereka sabar berdiri di depan pintu beberapa menit sampai dengan waktu yang telah diskejulkan.

Lalu kisah yang lain adalah saat teman si sulung yang akan datang untuk main di rumah. Temannya itu rumahnya agak jauh dari rumah kami, biasanya dia naik sepeda. Kata anak saya, temennya akan datang jam 4 sore, dan benar saja bell rumah kami berbunyi tepat jam 4 teng! Iseng saya tanya sama temen anak saya, kok bisa ngepasin waktu dari rumahnya ke rumah saya, kan lumayan jauh rumahnya?? Dan jawaban si anak kecil ini cukup mencengangkan, "Sebenernya saya sudah sampai beberapa menit yang lalu dan tunggu sebentar di lobby, dan baru berani ngebell pintunya jam 4 kan janjinya jam 4." jawabnya sambil cengar cengir. Yaa..ampun sampe segitunyaa, kasihan banget kamu, lain kali bell saja, gak papa kok dateng kecepetan kok, jawab saya.

Melihat ini tentu saja saya bisa mengira ngira tentulah ini karena didikan orang tuanya yang cukup baik dalam mengajarkan anaknya untuk menepati janji dengan temannya. Tidak membiarkan anaknya untuk telat, karena harus bisa merencanakan waktu dengan tepat, lebih baik datang cepat daripada telat.

Ya, inipun salah satu kebiasaan anak-anak Jepang yang perlu kita contoh dalam hal menghargai waktu dantak heran kebiasan itu akhirnya menjadi budaya tersendiri bagaimana orang jepang begitu menghargai menepati waktu walau sedeik sekalipun!

3. Moral dalam Bertoleransi dan Menjaga Perasaan

Toleransi cukup tinggi dalam kehidupan masyarakat Jepang bisa dikatakan sudah dijalankan dengan sangat baik sekali. Untuk urusan agama, saya bisa rasakan hidup saya tenang sebagai orang muslim, kaum minoritas, yang hidup di tengah masyarakat jepang yang beragama Budha dan Shinto. Tidak pernah saya dicibir dan diketusi serta dihina dina apalagi diasingkan dalam kehidupan sosial karena agama yang kami anut berbeda dengan masyarakat setempat. Mungkin karena orang jepang sangat bemain dengan perasaan dalam setiap tingkah lakunya. Maksudnya adalah orang jepang itu sangat hati-hati dalam berbicara dan bertindak karena mereka sangat teramat memikirkan perasaan orang lain, takut merasa tersinggung atau tersakiti si lawan bicaranya. Coba deh dengar bahasa mereka saat baru ketemu orang baru, bahasa yang dipakai itu biasanya menggunakan kata-kata yang sangat halus dan sopan, mencegah hal-hal yang akan membuat malu dirinya sendiri kalau ternyata orang baru itu adalah umurnya lebih tua yang harus kita hormati.

Selain itu, orang Jepang tidak suka menjadi satu individu yang menonjol sendiri, mereka selalu ingin terlihat sama dan seragam karena itu bisa membuat mereka nyaman dan tidak merasa aneh sendiri di tengah masyarakat. Dan kalaupun ada terjadi masalah, orang Jepang selalu memikirkan dengan dalam, bagaimana agar penyampaian atau tindakannya tidak menyakiti perasaan orang.Dan saya lihat jarang yang ingin terlihat dan di cap sebagai pahlawan penyelamat atau Hero, karena pada dasarnya sifat orang jepang itu sangatlah pemalu.

Contoh yang baru ini terjadi adalah kasus ada anak yang suka mencuri dalam kelas si sulung.

Sebelum acara Kondankai (pertemuan orang tua murid dan guru) disekolah, beberapa hari sebelumnya si sulung sering mengeluh kalau pensil dan penggarisnya hilang di kelas. Dia bilang, dia tahu pencurinya (si A), karena dulu juga pernah dipinjam dan tidak dikembalikan. Dan pernah juga kasus ada kunci yang hilang, dan ditemukan ada di tempat sampah, semua anak dalam kelas yakin karena ada yang melihat kalau kunci itu dibuang di tempat sampah oleh si A. Serta barang-barang lain yang hilang mendadak, walau diduga si A adalah pelaku semua kejadian aneh dalam kelas namun sang guru tidak memperbolehkan anak-anak muridnya untuk tunjuk langsung kepada si A. Hmm..kenapa ya? Karena sepertinya ada prosedur dimana hak anak itu pun harus dilindungi oleh pihak sekolah termasuk wali kelasnya selaku orang tua di sekolah, ya hak untuk tetap merasa aman dari ancaman sekitar.

Saya dengar dari cerita si sulung bagaimana cara guru disekolahnya itu menyikapi masalah ini. Sudah ketahuan si A yang mencuri, bahkan ada saksi mata, tapi sang guru tidak menindak langsung dengan menyuruh si A untuk mengaku. Cara yang dipakai gurunya itu adalah dengan menyuruh semua anak muridnya menulis diatas secarik kertas, nama pelaku yang diduga suka mencuri itu. Cara ini menghindari agar tidak ada perpecahan antara si anak yang melihat kejadian itu dengan anak yang diduga mencuri itu.

Nah, saat acara temu orang tua dan murid itulah semua dibahas oleh sang wali kelas, hebatnya tidak dikatakan siapa nama anak yang suka mencuri itu, namun pihak sekolah yang telah mengatasinya dengan menanyakan secara personal anak-anak yang namanya di tulis oleh temen-temennya sekelas. ini semua rahasia, kami orangtua sampai sekarang tidak mendapat kepastian siapa anak yang suka mencuri itu, walau bocoran sudah saya dapat dari anak saya langsung. Penelurusan di lakukan secara tertutup, dari yang menanyakan langsung, dicari latar belakangkenapa bisa begitu, dan lain-lain. Tindakan sekolah yang lainnya saya sama sekali tidak tahu tapi belakangan ini suasana kelas sudah kembali tenang dan barang-barang sudah tidak ada yang raib atau hilang mendadak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun