Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kebebasan Berpikir Anak-anak Jepang

24 Juni 2015   06:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:46 2998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Habis anak perempuan selesai tugasnya, kembali ibu guru menyapu pandangan ke seluruh ruangan, anak-anak kembali riuh mengangkat tangannya ingin ditunjuk oleh gurunya untuk maju ke dalam kelas, ndelalahnya si sulung kebagian ditunjuk untuk maju ke depan kelas. Yang ada kok saya yang deg-deg an ya wkwkwkw sambil tangan megang HP siap-siap buka kalkulator hahahaha....

(Anaknya yang maju nerangin emaknya yang dag dig dug  duarrr!)

Si sulung menjelaskan hasil pemikirannya dengan suara lantang yang berupa (lagi-lagi) dalam rangkain cerita lalu terakhirnya ada penjabaran ringkas yang saya juga gak mudeng justru malah berpikir napa ribet banget jalan pemikirannya, meliuk-liuk dulu ke sana-sini baru ke hasilnya, pas lihat hasil akhirnya sih memang tertulis 77, dan cara yang dipakai si sulung itu beda banget sama cara yang dipakai anak perempuan yang maju pertama. Oalah manahh panadool paramex.. pusing saya.

Lanjut ke anak ketiga sampai anak ke lima yang maju ke depan kelas, semuanya mempunyai pemikiran yang berbeda, dan anehnya walau beda cara pemecahan soalnya tapi hasilnya sama!

(Bu guru lagi menjelaskan semua kemungkinan cara yang bisa dipakai oleh anak-anak muridnya)

Terakhirnya, baru lah dibahas oleh gurunya tentang semua cara yang dipakai oleh anak-anak didiknya itu. Cara mereka semua itu dibenarkan oleh gurunya, sepanjang cara itu memang yang paling singkat dan mudah bagi mereka. Yang penting adalah proses, setiap anak mempunyai kemampuan otak yang berbeda. Mudah bagi anak yang ini belum tentu mudah bagi anak yang itu, sulit bagi anak yang itu belum tentu sulit bagi anak yang ini, begitupun cara yang dipakai oleh ibu gurunya, basic-nya ibu guru tentu saja mengajarkan cara yang sesuai dengan kurikulumnya, tapi teknis di lapangannya semua dikembalikan kepada cara masing-masing anak-anak didiknya sepanjang cara itu memang rasional dan bisa untuk mendapatkan hasil yang sama. Cukup menarik melihat sistem belajar-mengajar di dalam kelas ini karena saya lihat:

  1. Kebebasan berpikir anak-anak ini tidak di kekang
  2. Anak-anak belajar untuk berbicara mengeluarkan pemikirannya di depan orang banyak

  3. Anak-anak belajar bertanggung jawab akan hasil pemikirannya dengan menjawab pertanyaan dari teman-temannya

  4. Anak-anak lebih memusatkan dan mencari jalan yang dianggapnya mudah dalam memecahkan suatu masalah

  5. Guru tidak kaku hanya melihat pedoman buku saja tapi bersifat fleksibel untuk menerima hasil pemikiran anak-anak muridnya

Melihat ini semua saya jadi inget beberapa minggu belakangan ini pantesan si sulung suka tanya ke saya kalau ada PR matematika saat SD dulu pake cara yang mana untuk mencari jawaban soal-soal yang dia kerjakan waktu itu, walahh udah lupaa nak, wes jadoel dan kayanya gak serumit kaya pemikirannya dia secara dulu pastilah pengen cepet selesai aja itu kalau ngerjain matematika wkwkwkwk dan semua temen-temen saya waktu itu juga kayanya pakai cara yang sama dengan yang diajarkan guru kok gak ada yang suruh mikir cara lain, halah boro-boro hahahaha

Dan session kedua saya menghadiri kelas si bungsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun