Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Tanpa Beban Anak-anak SD di Jepang

28 Februari 2014   21:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314415" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak SD unjuk kebolehan pada Jugyou Sankan"][/caption]

Tidak terasa bulan April nanti, si sulung yang sekarang duduk di kelas satu akan naik ke kelas dua.  Ingatan  pun jadi melayang bagaimana saya begitu khawatir ketika dia pertama kali harus pergi sendiri ke sekolah tanpa kawalan orang tua. Untungnya banyak pihak yang menjamin akan keselamatan mereka, seperti patroli sekolah yang dilakukan oleh para orang tua murid secara bergiliran atau adanya alarm imut yang tergantung di tas ranselnya. Ditambah lagi, si sulung yang sangat cerewet terus meyakinkan mamamya, kalau saya tidak perlu khawatir karena pergi dan berangkat sekolahnya pun bareng dengan teman satu kelas dan dijaga juga oleh kakak kelasnya yang kebetulan satu apartemen. Alhamdulillah, lega!

Selama menjalani hari-hari di SD, saya suka ingin tahu tentang hari-harinya di sekolah, bermain dengan siapa? main dan belajar apa? makan siang dengan apa? dan serentetan pertanyaan yang kadang suka dijawab males-malesan oleh si sulung. Tapi dari yang terlihat mata, kalau dia begitu semangat pergi sekolah membuat saya berfikiran kalau dia tidak ada masalah apa-apa dengan teman di sekolahnya. Semoga.

Setiap malam, saya suka bertanya kalau hari ini ada tes atas tidak? Pelajaran yang paling susah yang mana? Hehe cerewet ya emak-emak. Dan gara-gara setiap malem belajar bareng dengan si sulung, ada keuntungan juga buat saya, yaitu jadi semangat menulis kanji. Bahkan dia yang selalu membuat soal test kanji buat saya, dan kalau ada yang salah saya harus rela berdiri dengan diangkat satu kakinya selama 10 hitungan hehehe duh hari gini masih dikerjain anak SD he he

Tugas mengajarkan PR si sulung pada hari biasa memang sudah menjadi tugas saya, tapi kalau untuk urusan belajar ketika weekend biasanya saya jewantahkan kepada papanya, lumayan dua hari bisa rehat :D Tapi biasanya sih kebanyakan bercandanya, ya sambil main smack down lah atau guling-gulingan yang akhirnya pada lecek deh buku-buku PR yang buat hari senin. Fiuhhh…

Gara-gara terus `bergaul` setiap malam sama pelajaran SD si sulung, saya jadi ikutan hafal mata pelajarannya setiap harinya, sampai si sulung sudah males lihat lembar jadwal mata pelajarannya, tapi cuma teriak kenceng, “Maa….senen bawa buku apa ya??” biasanya suka iseng saya jawab, “Oshiettara, nani ga morauno?” (mau kasih apa kalau dikasih tahu??) dibales lagi sama si sulung, “eeee kechi!” (huh pelit!) wkwkwkw

Kalau melihat skejul mata pelajaran anak SD kelas satu, walau terlihat ada 7 mata pelajaran tapi yang agak serius kok saya rasa sedikit yah, apa karena masih adaptasi baru masuk kelas satu jadinya belum begitu berat kali ya.

Dalam daftar mata pelajaran ansk kelas satu, dalam satu tahun yang terdiri dari 3 semester itu, jadwal pelajarannya tidak pernah berubah. Jadi satu tahun terus di gembleng dengan 7 mata pelajaran terus menerus, seperti :

1. Kokugo (bahasa Jepang), mata pelajaran yang mengajarkan tentang membaca dan menulis hiragana, katakana dan kanji.

2. Sansuu (Matematika), belajar penambahan dan pengurangan diajarkan selama satu tahun.

3. Ongaku (musik), mata pelajaran kesenian, awal semester hanya belajar nyanyi saja, tapi semester kedua dan ketiga sudah mulai belajar alat musik, misal pianika.

4. Seikatsu (kehidupan), mata pelajaran tentang lingkungan hidup, melihat bagaimana tanaman tumbuh (si sulung pernah mendapat tugas menanam bunga dari bijinya, lalu setiap perubahan dia lihat dan catat, sampai berbunga), atau mengamati bentuk daun dan buah pada suatu pohon, lalu digambar, hebatnya anak-anak kecil sudah mengerti dan hafal diluar kepala, nama dan jenis daun, bunga dan buah yang ada disekelilingnya. Bukan hanya tanaman saja, serangga yang nempel di pohon pun hiyy suka diambil dan diteliti buat digambar loh.

5. Zukou, mata pelajaran tentang melukis dan membuat prakarya dari bahan-bahan yang sudah tidak berguna, misalnya box tissue, karton susu, sedotan, gelas kertas, kerdus bekas makanan, dll. Anak-anak ini akan berlomba lomba membuat suatu benda atau apapun yang terlihat menarik dan keren. Biasanya sih, bikin rumah, mobil, robot, dll.

1393570328200142468
1393570328200142468

6. Doutoku (moral), mata pelajaran yang paling penting, yaitu mengajarkan pendidikan moral, dengan contoh kehidupan sehari hari dalam bentuk wacana yang dipaparkan dalam berbagai situasi, ketika ada anak yang berkelahi kita harus bagaimana, atau ada orang buta ingin menyebrang jalan apa yang sebaiknya kita lakukan, dst. Yah, intinya mengajarkan kebaikan kepada sesama, tolong menolong, dsb. (Saya jadi ingat pelajaran PMP).

7. Taiiku (olahraga), mata pelajaran berupa kegiatan olahraga, lari, lompat, dsb.

Memang terlihat banyak kalau dijabarkan, tapi coba perhatikan deh, yang serius belajarnya cuma dua loh, KOKUGO (membaca dan menulis) dan SANSUU (menghitung), yang lainnya bisa dikatakan, belajar sambil bermain. Pantes aja si sulung suka bilang, “boku wa suiyoubi to kinyoubi ga daisuki!!” (saya paling suka hari rabu dan jum`at!!) Kenapa? Ya itu, ada mata pelajaran prakarya, gunting menggunting kertas, nempel jadi satu membentuk suatu karya hasil dari imajinasinya masing-masing, tapi jadinya terbayang itu kelasnya kaya kapal pecah, berantakan banget pastinya hehehe

Pelajaran sekolah dimulai sekitar puku 8.15 pagi dan berakhir pada pukul 2.40 siang. Dan setiap mata pelajaran itu akan diberikan kepada muridnya selama 45 menit. Tentu saja ada jeda istirahat sejenak pada setiap dua mata pelajaran , dan sekitar pukul 12 siang, anak-anak SD ini akan melakukan kegiatan makan siang bersama di dalam kelas, dengan diawasi oleh gurunya juga. Terus siapa yang masak? Tentu saja ada petugas dari sekolah yang memang bertugas memasak dan menyiapkan makan siang para murid, para guru dan pegawai di sekolah. Lucu ya? Kalau melongok ke bagian samping sekolah si sulung, ada loh dapur besar dengan panci super gede (bayangkan masak sayur untuk beratus ratus anak loh!), memang sih ada sebagian lauknya yang pesan pada catering yang memang khusus untuk menyalurkan makan siang ke sekolah-sekolah.

Karena itu, setiap dua minggu sekali kami mendapatkan skejul perincian menu dan komposisi vitamin yang terkandung didalam makanannya, jadi katanya sih para orangtua tidak perlu khawatir akan keseimbangan vitamin pada makanan yang dimasak di sekolah. Dan tahu tidak, untuk makanan yang didapat ini, kita hanya membayar 4000 yen saja! (400 ribu rupiah), jadinya karena bayaran sekolah gratis tis tis ini makanya kita tiap bulan hanya membayar uang makan siang saja, ya 4000 yen ini! Amazing, sudah murmer bergizi lagi!

Bagusnya sistem makan siang bersama ini adalah kesama-rataan dalam segala hal, salah satunya saling berbagi tugas, dari yang membawa panci berukuran besar bersama sama dari dapur sampai kelas, nah resiko kalau tumpah, maka satu kelas tidak akan mendapatkan sayur pengganti lohh hahaha kesian ya! lalu secara bergiliran mereka juga bertugas membagi-bagikan makanan ke piring teman-temannya, terus kalau sudah selesai makan, tetep loh itu sampah-sampahnya setelah dipilah lalu buang dalam kantong yang sudah disiapkan dan tidak lupa mereka pula yang membersihkan kelas bahkan sampai mengepel lantai!! Semuanya itu dilakukan secara bergantian, sudah ada jadwal piketnya. Teratur dan tertib yah kelihatannya, saya pernah intip ketika ada acara di sekolah, pas sekali pada jam makan siang, ada yang makannya pake nambah, terus ada yang makannya cepet banget kaya orang kelaparan hehe ah macem-macem lah namanya anak-anak. Tapi tetep saya kagum, karena gak ada yang manja minta disuapin! :D

Kesan yang terlihat oleh kami para orangtua terhadap anak-anak SD ini adalah mereka begitu enjoy dengan sekolahnya, yang ternyata bukan hanya tempat belajar saja, ya sekolah sebagai tempat bermain, tempat berkarya dan juga bekerja dengan mengemban tugas bersama.

13935704171105765752
13935704171105765752

Bagaimana mereka enjoy bersekolah pun kami bisa rasakan auranya ketika meghadiri Jugyou Sankan (pertemuan orang tua murid di kelas), dimana para murid akan show off, memamerkan kelebihannya, contohnya bulan kemarin saat Jugyou Sankan, si sulung dan beberapa temennya melakukan atraksi nawatobi (loncat tali) dengan berbagai gaya, deeuuh itu yang namanya pengen kasih lihat mama-nya kalau mereka jago lompat tali membuat kami orang tua senyam senyum sendiri.
Keadaan diatas membuat kami begitu legowo dan percaya ketika harus menyerahkan pendidikan anak-anak kami dengan guru-guru di sekolah, juga dengan sistem belajar dan pengajaran yang diajarkan yang memang sudah terbukti bertahun-tahun yang katanya tidak mengalami banyak perubahan sehingga membuat kami yakin kalau sistem yang dipakai sekarang ini adalah yang terbaik.

Yah, semoga saja Jepang masih tetap mengedepankan pendidikan moral dalam mencetak anak-anak bangsa yang berkualitas tinggi, yang bukan hanya menjadi anak pintar yang cepat menjawab soal satu tambah satu saja, tapi juga kepada kualitas manusia yang bermoral, yang sejak dini mengajarkan kesama-rataan, kesetiakawanan, tolong menolong dalam mengemban tugas bersama, dll.

Sayangnya di satu sisi, baru saja saya melihat bekas SD suami dan SMP nya harus di hancurkan dengan bulldozer, hiks. Kenapa? Ya, masalah paling genting Jepang saat ini! Yaitu, jumlah penduduk yang semakin sedikit, dimana berpengaruh juga kepada jumlah anak yang semakin berkurang.

Ironisnya, sekolah yang masih layak pakai itu menjadi kekurangan siswa. Saya jadi teringat dengan tanah air tercinta, dimana masih butuh bangunan sekolah yang layak karena masih banyak anak-anak kecil yang semangat ingin sekolah tapi bangunan sekolahnya tidak ada atau tidak memadai. Ah, seandainya saja keadaan ini bisa ditukar.

Salam Hangat, wk

Foto :dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun