Saat saya sedang merapihkan foto-foto yang tersimpan di dalam komputer, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada beberapa foto teman-teman yang sedang berlibur ke Jepang dan menyempatkan main ke rumah saya saat itu. Melihat foto-foto itu ah jadi timbul rasa kangen dan berharap mereka akan kembali berlibur ke negeri shincan ini lagi. Sambil menelusuri foto-foto itu, saya teringat beberapa cerita tentang pengalaman pertama mereka saat main ke Jepang.
Berawal dari cerita seorang teman Indonesia yang kelihatan senang sekali ketika saya mengantarnya jalan-jalan ke pusat belanja di daerah Ginza di Tokyo. Lucunya, teman saya bukan saja asik melihat toko-toko baju yang bertebaran di sepanjang jalan itu saja tapi ia juga mengamati orang-orang yang lalu lalang sambil berkata, “Orang Jepang gak ada yang gendut ya, kok pada kaya boneka gini, langsing-langsing!” sampai melongo saya ngedengernya, lalu kita ngakak bareng-bareng. Saya yang ditanya ikutan bingung dan menyangkalnya, “ah nggak semua kok, ini lihat nih ada yang embem juga,” sambil saya nunjuk hidung sendiri wkwkwkwk lalu sambil berjalan santai saya coba memberi sedikit selayang pandang tentang kebiasaan orang Jepang yang begitu concern terhadap bahan makanan yang masuk dalam tubuhnya, entah itu jumlah pemakaian minyak goreng atau kadar gula yang dikonsumsinya setiap hari. Sambil lirik sana sini ngarep kalau ada tulisan Big Sale atau Disc 70% terpampang di kaca toko.
Temen sayapun kembali berceloteh kalau selama beberapa hari ini pun, ia mengamati cara jalan orang Jepang itu yang sangat luar biasa, seperti orang dikejar setan atau kayak orang mau ngambil gajian, katanya. Wuuuusshhh melesat tanpa noleh kiri kanan. Ditambah lagi yang bikin heran, even di tangga jalan pun, itu orang-orang kenapa gak diem aja ya nunggu sampai tangganya sampai atas, kan bisa ngaso, lah ini pada sambil jalan kaki juga, manah cepet lagi. Terus yang gak kalah takjubnya walau ada elevator dan eskalator, kenapa orang-orang kok malah banyak yang milih tangga biasa sih, lumayan kan nanjak tangga tinggi gitu, dan lagi-lagi itu naik tangganya ada yang setengah lari pakai highheels loh! Weleehh...weleh kata teman saya itu sambil geleng-geleng kepala.
Saya yang dengerin teman saya nyerocos gak pake titik koma sampe ngangguk ngangguk nyengir dan mengiyakan serta setuju dengan apa yang dilihatnya itu, karena saya pun dulu pernah berada dalam posisi kebingungan yang teman saya rasakan itu.
Kenapa orang Jepang begitu terburu-buru dan terlihat tidak pernah santai?
Saya jadi ingat ketika baru pindah ke Jepang, dan jalan-jalan ke daerah Shibuya karena cuma ingin lihat patung anjing Hachiko yang sangat terkenal dengan kisah kesetiaannya itu. Setelah melipir sana sini kebetulan saya harus melewati scramble crossing yang sangat terkenal itu, dimana bisa terlihat begitu padatnya orang ketika saling bersilangan menyebrang jalan pada satu waktu, saat lampu boleh menyebrang hijau menyala. Wuih riweuh! Semua orang terlihat konsentrasi saat sedang jalan, tanpa noleh sana sini, gedebukan dengan ritme dan tempo jalannya yang terlihat sama, makanya jarang yang pada tubrukan badan sesama penyebrang.
Orang akan terburu-buru jalan dengan pandangan kedepan, itu kenapa sih? Dari dulu sampai sekarang saya selalu menghubungkannya dengan masalah waktu, ya Jepang yang identik dengan masyarakat yang disiplin akan waktu, ON TIME! Ya, budaya tepat waktu. Menepati janji sesuai waktu yang dijanjikan, tiba di kantor sebelum waktu jam kantor dimulai sudah bukan suatu hal yang luarbiasa yang perlu diributkan disini. Jadi bisa dipastikan kalau saja terlihat waktu mepet dan melenceng dari perkiraannya, itu mereka seperti orang kebakaran jenggot! Contohnya, kalau ada kereta `macet`!
Macet pakek tanda kutip loh hehehe ya macet disini bukan karena ada tiang roboh atau pohon tumbang, tapi biasanya karena ada orang lompat bunuh diri dengan terjun ke rel kereta api! Nah ini bisa membuat lambat waktu kereta datang seperti biasanya, dan lambatnya ini walau tidak sampai berjam-jam karena biasanya langsung cepat tertangani itu bisa mengakibatkan masalah besar bagi pengunjunganya! Dan tindakan apa yang dilakukan oleh pihak KA atas kesalahannya itu?? Ya, tentu saja meminta maaf! Walau itu bukan kesalahan sendiri dan sebuah accident, tapi ketidaknyamanan para penumpang yang terlambat sampai ketujuannya masing-masing itu sudah seperti tanggung jawab para petugas kereta api disini.
Keterlambatan yang kadang hanya beberapa menit saja itu, bisa dikatakan sesuatu yang fatal dan masalah besar, kenapa? Karena semua kegiatan disini selalu dilakukan dengan cermat dan pasti tepat waktu sampai ke menitnya pun! Lihat itu waktu kedatangan kereta lokal, kepala kereta akan nongol tepat sesuai dengan waktu yang terpampang jelas di platform yang ada di dalam stasiun. Dan kalaupun ada keterlambatan kereta maka pihak KA akan mengumumkan dengan jelas alasannya dan waktu kedatangan kereta berikutnya. Tidak berhenti sampai disitu saja, pihak KA pun akan bertanggung jawab penuh apabila ada keterlambatan kereta dengan menginformasikan berkali kali kalau pilihan jalur kereta lainnya yang bisa ditempuh dengan maksud agar para penumpang bisa melanjutkan perjalanan sesegera mungkin agar tidak terlambat sampai tujuan, wah sistem yang hebat!
Makanya kadang saking canggih untuk urusan tepat waktu pada sistem trasnportasi di Jepang ini, sulit bagi kita untuk ngibul hehehe misalnya saja saat telat bangun pagi dan akhirnya harus kesiangan sampai kantor, nah bisa gak kita pakai alesan kalau kereta telat dateng? NGGAK BISA! Kenapa? Karena kalau kereta telat dateng barang semenitpun itu sudah disiapkan kertas/note permintaan maaf yang disediakan oleh pihak KA yang berisikan informasi keterlambatan itu. Jadi bagi para pekerja yang telat dateng kantor dan takut dimarahin bosnya, pasti pada gak lupa deh nyomot kertas ini buat bukti kalau memang mereka telat itu karena keretanya telat datang hehehe Jadi mending jujur kalau telat bangun ya bilang aja yang bener, jangan kaya saya dulu kalau kesiangan ngantor alasannya selalu flat tire wkwkwk duh ampun boss!
-------