[caption id="attachment_362213" align="aligncenter" width="375" caption="Image : http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/12/141228_airasia_haluan_ubah"][/caption]
Turut berduka atas hilangnya pesawat Air Asia penerbangan dari Surabaya ke Singapura dengan nomor pesawat QZ8501. Semoga segera ditemukan dan keluarga para korban diberi ketabahan dan kesabaran.
Berita tentang hilangnya pesawat Air Asia ini sudah masuk berita di Jepang. Dan beberapa teman Jepang saya ada yang bersimpati dengan menanyakan tentang musibah ini. Turut berduka.
Beberapa berita saya baca melalui berita online. Dan beberapa artikel saya baca  di Kompasiana ini. Baru saja saya baca artikel Pak De Kartono, Bangdos Arman, Pakdos Giri, Pak Gunawan dan Mbak Mike yang menuliskan tentang musibah ini. Terkejut saya ketika dalam tulisan itu ada yang mengatakan kalau bencana ini janganlah dijadikan becandaan atau dibuat bahan ketawa tiwi. Maksudnyaa?? Emang ada orang gak punya hati tertawa dan bercanda diatas suatu musibah? Gak mungkinlah! Sampai akhirnya saya baca sendiri dan melihat screenshot dari media sosial lain dimana terlihat kata-kata yang jauh dari rasa empati, sampe saya mikir ini orang yang begini komentarnya terbuat dari lilin apa kaleng sik? Gemes saya!
Saya pun membahasnya dengan suami gimana ini sebagian orang di Indonesia yang hatinya sudah kayak terbuat dr batu, gak punyarasa empati, sampe bisa bisanya bercanda di atas suatu bencana.
Dan tambah terkejut saya, saat suami mengatakan, "bukan hanya di Indonesia saja kok, ini baru saja saya dapet berita dari teman saya yg bekerja di Singapur kalau penjualan Lotterly atau Undian berhadiah di Singapur sana (kalo di Indonesia mungkin kayak togel kali ya) tiba-tiba laku keras loh!"
"Haa...maksudnya apa hubungannya sama musibah air asia ini?"
"Ya, hubungannya orang-orang Singapur pada beli undian berhadiah dgn memasang nomer, jadi kalau tepat nomernya ya mereka dapet hadiah uang." Dan yang lebih mengenaskan nomor yang dipasang untuk undian berhadiah itu adalah nomor pesawat yang hilang itu, ini orang-orang pada gak punya perasaan apa ya, kata suami saya sambil terlihat gemas sekali.
Ya ampun shock saya dengarnya, yg bener ini?? Bertaruh uang dengan menggunakan suatu bencana demi mengharapkan suatu keuntungan yang besar.
Lalu seandainya menang, apakah tidak ada itu perasaan bersalah saat menerima uang itu? Tidak adakah perasaan dihantui oleh musibah itu ketika uang itu digunakan?
Melihat keadaan ini dimana suatu bencana di jadikan candaan, suatu musibah dijadikan kambing hitam, dipolitisir kesana kemari kok sepertinya rasa empati dan simpati semakin menjadi sesuatu yang langka dan sulit ditemukan. Suatu fenomena yang seharusnya jadi bahan renungan yang dalam.
Kebebasan berpendapat dan bertingkahlaku, toh bukan menjadikan kita jadi kaya orang yang liar dan buas. Tutur kata lisan dan tulisan hendaklah perlu suatu batasan. Dan tolak ukur batasan itu? Silahkan tanya hati nurani kita karena  kepekaan lah yang nanti akan bekerja. Hati yang sudah tidak peka dan mengeras membatu, bukan tidak mungkin itu akan membuat kita berbuat hal-hal yang hanya memikirkan kepuasan sendiri  bahkan bisa merasa bahagia walaupun itu diatas penderitaan orang lain. Ironik.
Turut berduka, Pray for AirAsia.
Salam Hangat, wk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H